Awal bulan Juni 2025 terjadi bencana banjir dan longsor di beberapa Ohoi (Desa) di Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara. Ohoi Nerong, Rahareng, Ohoirenan, Ohoiel dan Weduar merupakan beberapa wilayah yang mengalami dampak tersebut. Kita turut berbelarasa atas kejadian tersebut. Tentu saja solidaritas masyarakat dan langkah pemerintah daerah merespons bencana tersebut patut diapresiasi. Demikian pula langkah-langkah antisipasi jangka panjang di antaranya penanaman kembali lahan (reboisasi) dan antisipasi industri ekstraktif seperti tambang merupakan upaya strategis agar bencana alam tidak terulang kembali.
Isu advokasi ekologi cukup dominan dalam menyikapi berbagai bencana. Hal ini tentu wajar dan perlu bahkan mendesak. Ancaman kiamat ekologis jangan dianggap remeh. Namun seiring advokasi ekologi maka advokasi ekonomi juga patut diperhatikan. Keduanya saling berkaitan. Ambil contoh, penolakan terhadap kehadiran eksplorasi tambang di Kei Besar sebagai pulau kecil, tentu sangat beralasan. Walau ada yang berargumen legalistik dengan mencermati prosedur hukum dan mekanisme perundang-undangan. Namun itu bukan berarti mengabaikan fakta ancaman serius kerusakan lingkungan. Bukan rahasia umum lagi bahwa meskipun perusahaan telah mengantongi AMDAL bukan berarti tidak terjadi krisis lingkungan dan krisis sosial ketika sebuah perusahaan beroperasi. Polemik tambang di Raja Ampat Papua adalah salah satu contoh yang aktual.
Kei Besar memang perlu terus advokasi agar tidak terjadi bencana alam yang merugikan masyarakat, utamanya masyarakat kecil dan miskin. Ohoi-ohoi yang mengalami bencana banjir dan longsor perlu ditangani secara serius dan berkelanjutan. Bukan saja pada saat terjadi banjir dan longsor tetapi setelah itu perlu melakukan langkah-langkah strategis, termasuk pemberdayaan ekonomi. Sebab ekologi dan ekonomi memiliki kaitan yang erat. Ambil contoh, ketika masyarakat pesisir pantai kesulitan ekonomi, maka kemungkinan besar mereka akan mengambil bahan galian C (batu dan pasir) untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Akibatnya bisa terjadi abrasi pantai.
Paus Fransiskus dalam dokumen Laudato Si’ mengingatkan bahwa masyarakat dunia perlu merawat bumi sebagai rumah bersama dari ancaman kiamat ekologi. Laudato Si’ is an encyclical of Pope Francis published in May 2015. It focuses on care for the natural environment and all people, as well as broader questions of the relationship between God, humans, and the Earth. The encyclical’s subtitle, “Care for Our Common Home” (Laudato Si Movement.Org, 2022). Paus memberi perhatian serius kepada isu lingkungan karena mencermati berbagai krisis global yang terjadi saat ini dan resikonya bagi generasi masa depan.
Pada sisi lain, upaya pemberdayaan ekonomi perlu terus digalakan agar masyarakat mencapai kesejahteraan. Pertanyaannya, model ekonomi seperti apa yang cocok untuk masyarakat di pulau-pulau kecil, termasuk di Kei Besar?. Daron Acemoglu & James A.Robinson dalam bukunya Why Nations Fall (Mengapa Negara Gagal, 2015) menyebutkan bahwa industri ekstraktif merupakan salah satu penyebab negara gagal. Industri ekstraktif melibatkan kegiatan eksplorasi, pengambilan, dan pengolahan sumber daya alam seperti mineral, minyak bumi, gas alam, kayu, dan ikan. Tujuan utama dari industri ini adalah untuk mengubah sumber daya alam tersebut menjadi bahan baku yang dapat digunakan dalam proses produksi industri lainnya atau langsung dikonsumsi. Acemoglu & Robinson kemudian menawarkan solusi yakni pentingnya institusi politik dan ekonomi yang inklusif. Institusi ekonomi yang inklusif ini ditandai dengan adanya jaminan akan hak milik dan paten, kemudahan berusaha dan akses terhadap pasar yang terbuka serta adanya dukungan negara untuk memberikan akses yang mudah terhadap pendidikan dan kesempatan yang sama bagi semua warga negara untuk berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi.
Dukungan berbagai pihak untuk merespons bencana alam di Kei Besar patut diapresiasi tinggi. Respons Pimpinan DPRD Maluku, para Guru Besar, Mahasiswa, OKP, tokoh adat, tokoh perempuan dan pemerintah perlu didukung dan diteruskan pada langkah-langkah strategis berkelanjutan untuk menjaga kelestarian alam Kei Besar. Pada saat yang sama upaya pemberdayaan ekonomi berbasis ekonomi pulau-pulau kecil, perlu terus didorong dan didukung. Harapannya, masyarakat sejahtera lingkungan terjaga. Duad berkat (RR)
**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow








