TERASMALUKU.COM,AMBON, – Aliansi Masyarakat Adat Maluku Barat Daya menggelar aksi damai di Jalan jenderal Sudirman, Kota Ambon menunggu Presiden RI Joko Widodo.
Puluhan pemuda beridir rapi di atas jalur pedestrian depan kantor partai PKB sambil menentang empat (4) buah spanduk.
Isi spanduk itu tentang seruan mereka perihal kondisi Kabupaten Maluku Badar Daya (MBD) dalam proyek Blok Masela. Dengan menetang spanduk tersebut, mereka berharap agar Presiden Jokowi melirik kehadiran dan persoalan di kabupaten mereka.
“Ini aksi damai kami sambut kedatangan pak presiden. Isinya harapan dari masyarakat Maluku Barat Daya terkait Perjuangan Amdal Blok Masela,” terang Koordinator Lapangan, Jhon Karuna kepada wartawan di lokasi sebelum presiden melintas pagi tadi, (25/3/2021).
Isi spanduk itu antara lain; ‘Maluku Barat daya juga indonesia, jangan di anak tirikan’, ‘Masyarakat adat Maluku Barat daya menuntut keadilan dalam pengelolaan BLOK MASELA’, ‘Tolak Amdal Blok Masela, Maluku barat Daya Wilayah Terdampak’,”
Puluhan pemuda itu berharap Presiden RI Joko Widodo dapat melihat perjuangan masyarakat adat MBD terhadap pemerintah Provinsi Maluku, SKK Migas dan PT. Inpex. PT. Inpex menurutunya, sebagai salah satu yang bertanggung jawab terhadap kajian AMDAL Blok Masela.
Para pemuda dari AMA-MBD merasa bahwa perilaku pemerintah seperti menganaktirikan Kabupaten MBD. Yakni dengan tidak memasukan MBD dalam kajian AMDAL sebagai daerah penghasil dan terdampak pembangunan Blok Masela.
“Kami yakin pak presiden adalah orang yang bijaksana yang bisa menyelesaikan persoalan ini. Sukses pak jokowi dukungan pak Jokowi untuk membangun bangsa,” seru Jhon. Hal ini memang pernah mereka suarakan dalam unjuk rasa di Kantor Gubernur pada akhir 2020 lalu.
Momen kedatangan ini mereka tanggapi sebagai salah satu cara mereka untuk didengar. Pasalnya ketiadaan MBD dalam kajian AMDAL berefek panjang dan buruk bagi kabupaten.
Lantaran pernah gagal bertemu Gubernur Maluku, Murad Ismail, AMA-MBD gelar aksi damai di jalan yang akan dilintasi presiden itu.
Sayangnya aksi mereka dibatalkan oleh aparat keamanan yang berjaga untuk pengamanan presiden. Empat buah spanduk mereka diambil lalu mereka diarahkan untuk bubar secara tenang.
Jhon bersama Beny Jermias yang mengkoordinir aksi lantas membubarkan pemuda lain. Atas pertimbangan keamanan mereka lantas meninggalkan lokasi setelah sempat ada pembicaraan dengan pihak terkait. (PRISKA BIRAHY)