TERASMALUKU.COM,AMBON, – Peringatan Hari Anak Nasional dan Kemerdekaan RI ke-78, Yayasan Huni Meku Manise menggelar posyandu ceria bagi 30 anak.
Mereka merupakan anak-anak dampingan Huni Meku Manise yang merupakan anak dari ODHA maupun ADHA.
Kegiatan posyandu meliputi pemeriksaan tubuh menimbang berat tinggi dan panjang pemberian obat juga edukasi.
Kegiatan dikemas meriah bagi anak-anak dengan menggelar beberapa lomba bagi jenjang usia. Yakni lomba mewarnai di kelas insiptasi bagi anak usia 6-12 tahun dan lomba minum susu bagi anak kelas ceria usia 0-5 tahun.
“Kelas ceria dan posyandu ini merupakan program pendampingan kami kepada anak dengan HIV mapun terdampak (orang tua ODHA). Karena ini posyandu jadi tidak hanya pemeriksaan tapi edukasi juga buat mereka dan orang tua,” kata Ketua Yayasan Huni Meku Manise Evelyn Theresia Kaya pada kegiatan pagi tadi, (25/8/2023).
Kegiatan yang diluncurkan oleh Ketua Sinode GPM Maluku itu telah dimulai sejak 2022 dengan 5 kali kegiatan.
Menurut Evi kehadiran Yayasan Huni Meku Manise berfokus pada anak, shelter rumah tampung serta pemberdayaan ekonomi.
Namun tetap mereka membantu memberikan edukasi juga advokasi kepada sahabat ODHIV maupun yang tinggal dengan keluarga dengan HIV.
Pada kegiatan pagi tadi, anak-anak tampak antusias mengikuti tidap jenjang lomba. Hadir pula para orang tua yang memberikan dukungan serta menambah semarak.
“Mereka senang sebab bisa kumpul kan sesama teman sebaya. Bahkan ada yang izin sekolah abis posyandu baru kembali lagi. Ini dukungan orang tua juga buat anak-anak mereka,” lanjutnya.
Dia rumahnya yang kini menjadi shelter dijadikan Tampa Baca dan Balajar Komunitas Anak Huni Meku. Terdapat 15 anak HIV+ dari 37 anak yang telah didampingi. Serta ada 25 anak yang terlibat aktif dalam kegiatan komunitas anak.
Evi bersama pengurus yayasan berharap kegiatan ini mampu mengembangkan kepercayaan diri anak-anak.
Mereka, katanya, merupakan kelompok rentan diskriminasi. Karena itu perlu adanya pendampingan dan pemahaman bagi orang tua.
Bagi Evi, status kesehatan mereka bukanlah penghalang untuk tetap berjalar dan ada di lingkungan sosial orang-orang tanpa HIV.
Sebab bakat, kemampuan dan kemauan mereka sama, tak ada beda. Meski Evie mengakui masih saja ada perlakukan diskriminatif.
Apalagi tidak semua anak yang terlahir dari orang tua ODHA, juga positif. Perkembangan teknologi obat-obatan terbukti mampu menjadi pelindung diri.
Hal inilah yang terus digaungkan Yayasan Huni Meku Manise untuk membantu anak ODHIV. Selain posyandu, ragam kegiatan pun telah dilakukan bersama pemerintah dan lembaga terkait.
“Kami bekerjasama dengan berbagai pihak untuk membantu anak-anak apalagi kasus anak-anak meningkat. Sayang sedih sebab mereka terjangkit dari ibu yang tidak tau kalau pasangan atau suaminya itu yang terinfeksi HIV,” jelasnya.
Hal tersebut juga kerap terjadi saat menikah sehingga ketika ibu mengandung dan melahirkan dia tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi.
Program semacam ini diakui sangat penting sebagai bentuk penyadaran akan bahaya penularan HIV dan upaya menurunkan angka kematian karena AIDS.
Terlebih penting, keterbukaan dan tidak adanya diskriminasi serta stigma adalah hal paling penting lainnya yang dibutuhkan sahabat ODHIV.
Evie berharap momen Hari Anak Nasional dan kemerdakaan menjadi pemersatu mendukung anak dengan HIV dan yang terdampak mendapat hak mereka.
Yakni dengan memastikan mereka memiliki kesempatan hidup bersekolah bermain belajar bekerja yang sama atau setara.
Penulis: Priska Birahy
**) Ikuti berita terbaru Terasmaluku.com di Google News klik link ini dan jangan lupa Follow