TERASMALUKU.AMBON, – Pada peringatan HUT Kota Ambon ke-450, terdapat kelompok barisan yang paling ditunggu.
Mereka menempati posisi baris terakhir, nomor 98. Dengan mengenakan kostum maid hitam putih, para pemuda ini tidak hanya berlenggang dalam lomba gerak jalan indah (LGJI).
Lebih dari pada itu para pemuda ragam gender dan seksual ini juga turut menyuarakan tentang keberagaman serta awareness akan isu kesehatan.

“Kegiatan baris-berbaris kami tidak hanya meramaikan, tapi juga menyebarkan dampak positif, dan kami tiap tahunnya diundang oleh panitia lomba dari AMGP (angkatan muda gereja protestan Maluku),” jelas VJ Rich Sekertaris Inti Muda Maluk, kepada wartawan, Sabtu (13/9/2025).
Dia menjelaskan kehadiran teman-teman ragam gender dań seksual ini menjadi sorotan publik Kota Ambon. Momen itu digunakan dengan bijak untuk menyuarakan tentang kebebasan berekspresi serta kewaspadaan masalah kesehatan populasi yang rentan.
Menurut Wem masyarakat perlu melihat sisi lain dari keberadaan kaum rentan yang minoritas di masyarakat.
Mereka bukan sekadar penghibur dalam kegiatan, namun keberadaan mereka menjadi harapan akan kemerdekaan berekspresi serta pemenuhuan kesehatan kelompok rentan yang optimal.
Cara yang mereka lakukan yakni dengan membagikan selebaran pada garis strat dan finish. Isi selebaran itu mengenai edukasi praktis terkait kesehatan reproduksi hingga HIV/AIDS.
Hal ini memberikan harapan bagi kelompok rentan Kota Ambon bisa mendapat hak yang sama sebagai bagian dari masyarakat.
Wem pun mengaku sangat senang dengan kegiatan tersebut. Pasalnya kehadiran mereka juga dipertimbangkan oleh panitia.
“Sebenarnya dari tahun ke tahun teman-teman ini selalu dilibatkan, terlepas dari hate comment netizen, tapi katong lihat sisi lain kalau kami dilibatkan berarti ada sesuatu yang spesial menurut panitia. Bukan sekadar menghibur sebagai lelucon,”tegas William Novaldi, Wakil Ketua 1 Inti Muda Maluku.
William mengakui masih ada komen negatif dari netizen, namun itu tidak melunturkan semangat mereka. Bahkan ada banyak dukungan moril dari berbagai pihak saat mereka tampil dan membagikan seleberan edukai bagi warga kota.

Seperti dengan penjagaan panitia dan pihak kepolisian. William mengenang kejadian beberapa tahun lalu saat ada penonton yang dengan sengaja menarik salah satu peserta dari barisan.
Mereka ingin agar proses LGJI benar-benar menghibur dnegan hal positif juga punya dampak lain bagi warga.
“Terlepas dari itu tidak sedikit dukungan positif dari warga maupun netizen kepada kami. Khususnya tentang eksistensi kami di Inti Muda. Paling tidak teman-teman tau cara pencegahan penyakit menular, maupun cara berekspresi di publik agar tidak menjadi hujatan di lur sana,” harapnya.
Keikutsertaan pemuda ragam gender dan seksual dari Inti Muda juga membuktikan ada banyak kegiatan positiuf yang dilakukan di masyarakat.






