AMBON- Himpunan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Wakasihu (HIPPERMAWA) Ambon mendorong peran pemuda dalam menyelesaikan setiap konflik di masyarakat.Ketua Umum HIPPERMAWA Hasbullah Assel menyatakan, pasca konflik sosial di Maluku 1999, warga dihadapkan pada tantangn baru yang kian rumit. Yakni pertikaian antar kampung yang marak terjadi.
Konflik anar kampung ini terutama yang melibatkan negeri bertetangga seperti di wilayah Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Yakni antar warga Mamala – Morela, Negeri Lima – Seith, Larike – Wakasihu dan cenderung melibatkan pemuda di dalamnya. Pemuda adalah aktor utama konflik – konflik tersebut.
Sayangnya pendekatan penyelesaian konflik tidak melibatkan pemuda di dalamnya. Atas dasar pemikiran itu HIPPERMAWA Ambon menggelar makan Patita bersama dan mendorong peran pemuda dalam menyelesaikan konflik yang digelar Minggu (07/8) di Wakasihu.
Menurut Assel, upaya mendorong peran serta pemuda dalam menyelesaikan konflik sosial, terutama negeri – negeri bertetangga penting untuk dilakukan, sebab setiap konflik selalu melibatkan pemuda selaku aktor utama di dalamnya.
“Dalam upaya menyelesaikan konflik antar negeri-negeri tetangga secara menyeluruh maka peran pemuda untuk terlibat dan melibatkan diri dalam setiap penyelesaian konflik mutlak diperlukan,” kata Assel dalam sambutannya dihadapan ratusan pemuda di Negeri Wakasihu.
Menurutnya, selama ini penyelesaian-penyelesaian konflik oleh pemerintah masih belum menyentuh akar persoalan, disisi lain pemuda selaku aktor-aktor utama konflik cenderung tidak dilibatkan dalam upaya penyelesaian konflik. Padahal hampir diseluruh tempat di Maluku, konflik-konflik antar negeri bertetangga cenderung melibatkan pemuda sebagai aktor utama konflik itu.
Sementara itu, anggota DPRD Maluku Tengah Ahmad Tuhelelu, saat membuka acara tersebut menyatakan, ada kebutuhan untuk mengikutsertakan pemuda dalam setiap penyelesaian konflik, hal ini disadari bahwa pemuda adalah aktor utama setiap konflik di dalam masyarakat.
Menurut Tuhelelu, konflik-konflik sosial antar negeri-negeri bertetangga telah menyentuh hal-hal yang sangat mendasar dalam kehidupan masyarakat. Karenanya, ia mengajak semua pihak untuk terutama para pemuda untuk kembali pada tatanan jatidiri orang Maluku yakni adat istiadat.Adat menurutnya menjadikan manusia lebih beradab.
“Penyelesaian konflik belum menyentuh akar persoalan, hanya sebabnya saja yang diselesaikan. Adat ini yang perlu menjadi bagian dari jati diri kita sebagai anak adat,” kata anggota Fraksi Golkar DPRD Maluku Tengah ini.
Kasat Bina Mitra Polres Ambon AKP F. Jamal menyatakan hidup damai antar negeri tetangga Larike dan Wakasihu sangat penting karena kedamaian itu kebutuhan mendasar setiap manusia. “Syarat mutlak demi kelangsungan pembangunan adalah terciptanya suasana aman, damai dan harmonis di dalam masyarakat,”katanya. Terkait proses hukum konflik Larike – Wakasihu, Jamal menyetakan polisi terus melakukan proses hukum. ADI