TERASMALUKU.COM-Ambon – Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor usaha yang paling terdampak akibat pandemi COVID-19. Survei Bank Indonesia menyebutkan sebanyak 87,5 persen UMKM terdampak pandemi COVID-19. Sekitar 93,2 persen di antaranya terdampak negatif dari sisi penjualan.
Namun tidak begitu dengan Roy Wibisono, pemilik dan pendiri usaha keramik asal Salatiga yang mendunia dengan nama Naruna. Berkat empat jurus jitunya, usaha milik Roy berhasil menjadi bagian dari sekitar 12,5 persen UMKM yang mampu bertahan di tengah terjangan COVID-19.
Roy mengatakan jurus jitu pertama adalah membangun produk yang kuat. Tidak hanya cantik, tetapi memiliki nilai tambah lainnya dengan menggunakan material terbaik. Untuk membuat produk yang kuat, Roy melakukan penelitian tentang karakter dan desain dengan mencari desain yang disukai pasar. Riset juga dilakukan atas proses pembakaran keramik, hingga riset material terbaik.
Bagi Roy, produk yang baik mengundang pembeli, bahkan tanpa promosi. Ia juga mendorong untuk pengusaha membuat produk berkualitas dengan ciri khas yang unik. Tentunya disesuaikan dengan tren yang sedang berlangsung di masyarakat.
“(Misalnya) orang memproduksi keripik, kalau asal keripik aja sulit jualan. Keripik harus enak, lakukan riset, dicoba, buat formula keripik yang enak terus orang beli enak, keripiknya kriuk. Orang pasti repeat order. Dari situ produk akan cerita dengan sendirinya,” kata Roy Wibisono saat berbicara dalam webinar Festival Ide Bisnis (FIB), Sabtu (31/7).
Kedua, kuat pada riset. Dalam hal ini, Roy lah yang bertanggung jawab mengelola riset di Naruna. Hal ini karena Roy memiliki latar belakang pendidikan lulusan jurusan kimia dari Universitas Dipenogoro, sehingga menguasai cara membuat formula keramik yang kuat tahan gores.
Kemudian jurus jitu ketiga Roy adalah kuat pada pemasaran atau marketing. Pemasaran memiliki peranan yang tak kalah penting dalam menjaga eksistensi bisnis di masa pandemi, Roy bahkan memutuskan untuk mempekerjakan 20 marketer yang seluruhnya berbasis online.
“Jika kita hanya kuat di desainnya saja, tetapi nggak kuat menjual, ambyar. Kalau kita kuat dijual, bisa menjual, tetapi desainnya tidak masuk, jangan harap bisa berkembang. Inilah bukti kenapa bisa eksis selama pandemi,” ujarnya
Sedangkan jurus keempat adalah kuat pada produksi. Roy mengatakan bisnis harus mempertimbangkan efektivitas produksi, dengan begitu proses produksi di semua lini bisa berlangsung dengan lebih efektif dan efisien.
“Kita harus kuat awalnya. Pandemi menyerang bukan hanya industri kecil, menengah, atau besar. Dia nggak pandang bulu. Dia hanya melihat sistem bisnis kita bagus atau tidak. Kalau sistem bisnis kita kuat, dari riset, semuanya kuat, pasti kita menang, pasti omzet kita akan naik,” tuturnya.