AMBON –Provinsi Maluku meraih peringkat ketiga sebagai wilayah kerukunan umat beragama terbaik di Indonesia tahun 2016. Maluku dinilai mampu dan berhasil mengembangkan program pembangunan kerukunan umat beragama.
Badan Penilitan dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Agama (Kemenag) RI menyebutkan hasil survei indeks pembangunan kerukunan umat beragama pada 35 Provinsi se Indonesia menempatkan Provinsi Maluku berada pada urutan tiga besar secara nasional, sebagai provinsi paling rukun.
“Relis Badan Litbang Kemenag diterbitkan untuk kategori kerukunan umat beragama tahun 2016 dan Maluku menempati urutan ke tiga dari 35 Provinsi di Indonesia, “kata Kepala Sub Pusat Informasi Kemenag RI, H. Rudi Subiantoro dalam Rapat Koordinasi Humas Kemenag Provinsi Maluku, Selasa, (24/5).
Menurut Rudi, dalam survei itu Provinsi Nusa Tengara Timur (NTT) menduduki peringkat pertama disusul Provinsi Bali di tempat kedua dan Maluku berada di posisi ketiga. Sebagai provinsi yang dinilai mampu dan berhasil mengembangkan program pembangunan kerukunan umat beragama.
“Hasil survei ini sangat mengejutkan, sebab 16 tahun lalu Provinsi Maluku dilanda konflik bernuansa SARA yang menghancurkan sendi-sendi kehidupan antar umat beragama. Namun kini beruba sebagai salah satu provinsi yang paling rukun di Indonesia,” katanya.
Kemenag RI memberikan apresiasi kepada seluruh eleman masyarakat Maluku yang mampu bangkit dalam keterpurukan dan menunjukan komitmen bersama hidup ditengah perbedaan keyakinan agama. ” Bila Provinsi NTT dan Bali terpilih saya nilai itu biasa, tapi Maluku sungguh luar biasa, kerana masyarakat mampu bangkit dan menunjukan kepada Indonesia tentang membangun kehidupan yang harmonis antar umat beragama,” jelas Rudi.
Ditempat yang sama Kakanwil Kemenag Provinsi Maluku, Fesal Musaad, S.Pd M.Pd mengatakan keberhasilan ini tidak terlepas dari kinerja Pemerintah Provinsi Maluku bersama dengan seluruh elemen masyarakat yang telah meletakan konsep kehidupan kerukunan umat beragama di Maluku.
“ Kehidupan kerukunan umat beragama yang tumbuh dan terjalin dengan baik saat ini disebabkan rasa keterpanggilan dan kesadaran diri untuk kembali pada budaya hidup bersama pasca konflik horizontal yang pernah melandah negeri ini 15 tahun yang lalu,” katanya.
Namun kesadaran hidup bersama menjadi salah satu faktor utama bagimana jalinan kerukunan antar umat bergama yang lahir ditengah perbedaan keyakinan saat ini. Nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi budaya memiliki prinsip yang kuat dan kental dalam nuansa hidup bersama di Maluku.
“Saya kira konsep kerukunan umat beragama di Maluku, salah satu kuncinya terletak pada akar budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur, ini yang menjadi ciri khas dan membedakan kerukunan umat beragama di Maluku dengan daerah- daerah lain di Indonesia,” katanya.
Ia menyatakan, masyarakat Maluku menyadari tanpa kerukunan umat beragama maka berbagai program pembangunan yang digulirkan pemerintah akan mengalami kendala.
Hal ini telah terbukti pada pelaksanaan Pespawari Nasional ke XI di Maluku, yang mendapat dukungan dari umat Islam dan umat lainnya untuk mensukseskan kegiatan itu. Begitu juga dengan MTQ Nasional, para pemeluk agama Kristen baik itu Protesten dan Katolik, dan agama lainnya berperan aktif medukung suksesnya kegiatan itu di Maluku. ADI