AMBON-Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya RI, Rizal Ramli menyatakan, ladang gas abadi Blok Masela di Maluku Barat Daya membutuhkan tenaga kerja terlatih sekitar 150 ribu hingga 180 ribu orang. Para tenaga kerja itu kebanyakan adalah pemuda pemudi dari Maluku.
Rizal juga menyebutkan masih ada lagi ladang gas di wilayah Maluku yang belum ditemukan. Jika ditemukan, bisa menyamai Qatar, Dubai, negara terkaya di dunia dengan gasnya.
Dalam enam tahun terakhir ini, pemerintah harus menyiapkan para ahli tehnik, ahli tambang dan ahli kelautan agar siap dipekerjakan di Blok Masela nanti.
“Kita perkirakan ladang Gas Abadi Blok Masela itu membutuhkan tenaga kerja 150 ribu sampai 180 ribu tenaga kerja terlatih. Kita ada waktu enam tahun ini untuk persiapan ahli –ahli tehnik, ahli –ahli tambang, perminyakan, ahli-ahli kelautan agar supaya kebanyakan yang bekerja di Masela adalah pemuda pemudi dari Maluku,” kata Rizal Ramli saat sambutan penutupan Perkemahan Pramuka Madrasah Nasional (PPMN) II di Pantai Wisata Liang Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, Jumat (27/5) malam.
Ia menyatakan, Blok Masela harus memiliki manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat Maluku. Harus jadi alat percepatan pembangunan ekonomi di Maluku. Karena itu mulai saat ini, pemerintah harus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) terlatih untuk dipekerjakan di Blok Masela.
Karena itu Rizal kembali menegaskan, bersyukur dan berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo karena telah memutuskan pengelolaan gas Blok Masela dilakukan di darat. Dengan keputusan ini dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat Maluku terutama yang berada di wilayah Maluku Barat Daya dan Maluku Tenggara Barat, dekat lokasi Masela.
Dengan pengelolaan Blok Masela di darat itu, nantinya dapat merubah paradigma pengelolaan gas yang selama ini dilakukan di daerah lain. Yakni hanya sedot di daerah penghasil gas kemudian diekspor ke negara lain.
Namun dengan pengelolaan di darat, gas tersebut disedot kemudian diolah di darat. Pemerintah akan membuat pabrik – pabrik lainnya, seperti pabrik Pupuk, Petrokimia dan pabrik lainnya sebagai dampak pengelolaan Blok Masela di darat, sehingga membutuhkan lebih banyak tenaga kerja.
Meski begitu, Rizal juga menyatakan sebagian gas yang disedot di Blok Masela juga diekspor sehingga dapat memberikan sedikit keuntungan bagi investor. “Pemerintah ingin merubah paradigma yang selama ini dilakukan, kekayaan alam disedot diekspor. Tapi di ladang gas Masela tidak, kekayaan alam diproses langsung di daerah sehingga memberikan nilai tambah. Sebagian memang kita ekspor supaya insvestornya juga untung sedikit,” katanya.
Rizal juga menyatakan, potensi cadangan ladang abas abadi Blok Masela melebihi 70 tahun. Ia menyebutkan masih ada lagi ladang gas di wilayah Maluku yang belum ditemukan. Jika ditemukan, bisa menyamai Qatar, Dubai, negara paling kaya akan gas di dunia. “Masih ada lagi ladang – ladang gas yang belum ditemukan di daerah Maluku Tenggara dan Selatan Kalau nanti ditemukan, Maluku Tenggara dan Selatan bisa menyamai Qatar, Dubai,” katanya.
Mengenai dimana lokasi pembangunan kilang Blok Masela, Rizal minta agar dua kabupaten yakni Maluku Barat Daya dan Maluku Tenggara Barat tidak saling memperebutkan karena akan menimbulkan masalah nanti. Pemerintah akan memutuskan mana yang terbaik untuk pembangunan kilang nanti. Yang terpenting saat ini, Presiden sudah putuskan pengelolaan di darat. “Kita-kita termasuk Pak Gubernur, sudah tua. Yang merasakan hasilnya adalah generasi muda saat ini, karena itu yang terpenting kita harus siapkan SDM agar tenaga mereka bisa terpakai, jangan menjadi penonton di rumah sendiri,” katanya. ADI