Festival Pesona Meti Kei, Kepulauan Kei Jadi Agenda Tahunan

oleh
oleh
Ribuan ikan hasil tangkapan warga Elaar Kecamatan Kei Kecil Timur Selatan saat Festival Pesona Meti Kei 2016

LANGGUR-Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) menjadikan tradisi Meti Kei, sebagai agenda tahunan dalam Festival Pesona Meti Kei (FPMK). Meti Kei adalah tradisi menangkap ikan dengan cara Tarik Tali menggunakan janur kuning saat air laut surut panjang.Tradisi ini sudah ada sejak jaman leluhur di Kepulauan Kei, namun baru pertama kali diangkat Pemkab Malra dalam FPMK 2016, dan hanya dilakukan di sejumlah desa pada Kepualaun Kei Kecil. Di tahun mendatang, FPMK akan diperluas ke daerah lainnya seperti di Kepulauan Kei Besar, yang juga memiliki tradisi ini. “Pemkab Maluku Tenggara akan menjadikan ritual adat tangkap ikan di Meti Kei ini menjadi iven tahunan. Untuk tahun depan Festival Pesona Meti Kei akan diperluas lagi, tidak hanya di Kei Kecil tapi juga ke wilayah Kepulauan Kei Besar,” kata Bupati Malra Andareas Rentanubun, Rabu (26/10).
Menurut Bupati, selain meneruskan tradisi adat yang dilakukan sejak jaman dulu, penangkapan ikan dengan cara ini juga sangat tepat saat ini, dimana banyak warga menangkap ikan menggunakan cara – cara yang merusak lingkungan. Alat tangkap yang tidak rama lingkungan dan menggunakan bom dan potasium dalam menangkap ikan.
Penangkapan ikan dengan peralatan tradisional, menggunakan janur kuning yang diikat dengan tali, kemudian ditarik merupakan cara terbaik untuk menjaga terumbu karang dan biota lautnya agar tidak rusak. “Meti Kei merupakan tradisi menangkap ikan warga Kepulauan Kei untuk menjaga lingkungan agar tidak rusak,” katanya.
Ia juga berharap dengan pelaksanaan FPMK yang baru digelar itu dapat mengakhiri penangkapan ikan dengan cara – cara ilegal. “Saya berharap warga yang sering bom – bom ikan, dan merusak terumbu karang, tempat hunian ikan-ikan dapat mengakhirinya,” kata bupati.
Sebelumnya, Gubernur Maluku Said Assagaff yang ikut menyaksikan tradisi tangkap ikan di sejumlah lokasi pada kegiatan FPMK menyatakan, Pemerintah Provinsi Maluku akan mendorong agar kegiatan seperti dilakukan secara berkelanjutan. Karena sangat bernilai positif bagi upaya kampanye penyelamatan terumbu karang dan biota laut di wilayah – wilayah pantai.
Gubernur mengakui banyak warga di pulau-pulau wilayah Provinsi Maluku sering menggunakan cara – cara merusak lingkungan saat menangkap ikan. Karena itu, ia minta dengan momentum FPMK yang digelar di Kepulauan Kei ini dapat memberikan contoh bagi seluruh masyarakat agar meninggalkan cara – cara yang tidak baik dalam menangkap ikan.
Menurut gubernur, penangkapan ikan dengan cara yang tidak rama lingkungan, merusak terumbu karang, tempat hunian ikan membuat ikan lari di kawasan pantai, ikan tidak bisa menetap dan bertelur di terumbu karang. Sehingga daerah pantai tersebut tidak memiliki ikan lagi untuk jangka waktu yang panjang. “Mulai saat ini mari stop bom-bom ikan, jangan rusak terumbu karang. Gunakan cara – cara yang rama lingkungan agar biota laut tidak rusak, ini demi anak cucuk kita nanti,”katanya.
Tradisi tangkap ikan Meti Kei juga menyebabkan terjadinya peningkatan hubungan sosial yang kuat diantara sesama warga dari latar belakang yang berbeda. Dalam tradisi itu warga dari desa – desa yang berbeda bertemu, bersama – sama menarik tali, mengusir ikan dari laut ke pantai dan menangkapnya bersama. FPMK yang digelar sejak 8 hingga 22 Oktober itu untuk mempromosikan potensi wisata Kepulauan Kei, sebagai surga tersebunyi. Ribuan orang dari berbagai daerah termasuk wisatawan asing datang ke Kepulauan Kei, menyaksikan iven tersebut, termasuk Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan sejumlah pejabat negara lainnya. ADI

BACA JUGA :  Sartre, Stigma, Kecurigaan, dan Penolakan di Era Covid-19

No More Posts Available.

No more pages to load.