AMBON- Pemerintah Myanmar mengirimkan delegasinya ke Kota Ambon, Maluku. Myanmar rupanya ingin belajar mengatasi konflik dan menjaga perdamaian di Maluku, agar bisa diterapkan di negaranya yang juga mengalami konflik etnis bernuasa SARA. Gubernur Maluku Said Assagaff menyatakan hal ini usai pertemuan dengan delegasi Pemerintah Myanmar di ruang rapat Lantai II Kantor Gubernur Maluku, Kamis (26/1).
Menurut gubernur, dalam pertemuan itu, delegasi Myanmar ingin belajar bagaimana Pemerintah Provinsi dan masyarakat Maluku bertindak mengatasi konflik dan cepat bangkit menuju kehidupan yang damai hingga kini. “Delegasi Myanmar berkunjung ke Maluku, mereka sedikit mau belajar, sedikit mau diskusi dengan pemerintah daerah, tokoh – tokoh agama dan tokoh – tokoh masyarakat. Dan saya jelaskan apa yang kami buat (mengatasi konflik dan perdamaian) beberapa tahun terakhir ini,” kata gubernur kepada wartawan usai pertemuan itu.
Dalam kunjungan ini, delegasi Myanmar berjumlah 12 orang, dipimpin Menteri Penerangan U Pe Myint, bersama Wakil Menteri Dalam Negeri Major General Than Hitut, dan Wakil Menteri Perbatasan Major General Aung Soe. Ikut mendampingi gubernur dalam pertemuan ini, Kepala Kanwil Kementerian Agama Maluku, Faisal Mosad, serta sejumlah aktivis perdamaian Maluku.
Dalam pertemuan itu, gubernur menyatakan, puncak dari upaya perdamaian di Maluku yakni, Pemerintah Provinsi Maluku akan membangun laboratorium kerukunan umat beragama terbaik di Indonesia, bahkan di dunia. Bentuk fisiknya menurut gubernur segerah dibuat, dan tahun depan sudah bisa letakan batu pertama pembangunanya.
Menurut gubernur, delegasi Myanmar hanya mendengar tentang konflik yang pernah terjadi di Maluku. Mereka kagum karena situasinya di Maluku cepat teratasi dan perdamaian terawat dengan baik hingga kini. Bahkan ada yang beranggapan butuh satu generasai untuk mengatasi konflik di Maluku.
“Saya bilang ke mereka (Delegasi Myanmar), kita punya pengalaman – pengalaman sehingga kita cepat keluar dari konflik, dan semua yang kita tau, kita share ke mereka. Dan mereka berterimah kasih sekali dan berharap bisa mengikuti apa yang dilakukan di Maluku ke negaranya,” kata gubernur.
Namun menurut gubernur, delegasi Myanmar mengakui masalah yang terjadi di Myanmar sudah makin kompleks, tidak hanya soal konflik etnis dan bernuasa SARA tapi juga terkait perbatasan negara. Setelah menggelar pertemuan dengan gubernur, delegasi Myanmar kemudian melihat monumen gong perdamain dunia, serta menemui para tokoh agama dan tokoh masyarakat Maluku lainnya. (ADI)