TERASMALUKU.COM,-AMBON– Untuk memeriahkan HUT RI, 17 Agustus dan HUT Provinsi Maluku, 19 Agustus 2017, komunitas gambar sketsa, Maluku Sketchwalk (MSW) akan menggelar pameran dan workshop pada tanggal 28-31 Agustus mendatang di Ambon City Center (ACC), kawasan Passo, Ambon. “MSW juga akan turut memeriahkan acara Pesta Rakyat Banda di bulan Oktober mendatang,” ujar Ketua MSW Linley J. Pattinama, saat perayaan Ulang Tahun pertama komunitas sketsa ini, di Ambon, Minggu (6/8).
Menurut Linley, MSW akan mengisi sesi workshop pada Pesta Rakyat Banda yang diadakan pada tanggal 3 hingga 8 Oktober 2017. Kegiatan tersebut bakal melibatkan anak-anak di Banda, berusia sekitar 8 hingga 13 tahun. “Workshop ini menjadi kesempatan bagi MSW untuk mengedukasi sketch atau kepada kalangan remaja di Kepulauan Banda,” ujarnya.
Linley menyebutkan, MSW adalah wadah pemersatu antara anggota yang lebih tua dengan yang lebih muda. Dia berharap hobby menggambar sketsa bisa menyebar sampai ke semua kalangan di Maluku. “MSW adalah komunitas yang terbuka bagi siapa saja, dan bagi kalangan apa saja. Saya berharap MSW dapat lebih dikenal tidak hanya di luar Maluku, karena kami punya jaringan di level nasional maupun internasional, tetapi semoga kami lebih dikenal juga di Maluku, khususnya di Kota Ambon,” paparnya.
Dia katakan, MSW lebih saling mengenal dengan teman-teman komunitas kreatif lainnya, sehingga bisa sama-sama membuka jaringan ke luar Maluku, untuk memperkenalkan karya seni anak-anak dari daerah ini. “Orang selama ini hanya mengenal Ambon dari segi bermusik. Padahal Ambon juga kaya dalam karya seni rupa. Namun kurangnya sarana untuk menunjang kegiatan seni rupa, yang membuat komunitas kreatif di daerah ini kurang dikenal,” sambung salah satu pendiri MSW Pieter Muriany.
Lelaki yang akrab disapa Piet ini menyebutkan, untuk seni rupa di Maluku masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Ia berharap adanya sarana berupa tempat yang dikhususkan untuk MSW dan komunitas seni rupa lainnya.
Pada saat ini, menurut Piet, MSW dan beberapa komunitas kreatif lainnya berkumpul dan berkarya hanya di jalanan, atau rumah-rumah kopi saja. Apabila ada sebuah tempat tersedia, komunitas-komunitas seni rupa dapat mengajak masyarakat untuk ikut berkarya, dan mengajarkan teknik-teknik seni rupa secara lebih terbuka atau tidak ekslusif.
“Tempat tersebut tentu dapat juga digunakan sebagai tempat memamerkan karya. Jadi tidak hanya di media sosial saja karya anak-anak muda Maluku dipamerkan,” tutur Piet. Pada kesempatan yang sama, pendiri MSW lainnya,
Embong Salampessy menyebutkan, wadah kreativitas ini tidak hanya untuk mereka yang sudah punya kemampuan menggambar. “Banyak juga teman-teman yang awalnya tidak bisa menggambar, lama-lama bisa menggambar sketsa. Sebab yang dibutuhkan itu cuma 10 persen bakat, 90 persennya kemauan dan semangat untuk belajar menggambar sketsa,” ujar Embong yang juga jurnalis dan pewarta foto senior di Ambon ini.
MSW sendiri menurut dia, cukup dikenal oleh para sketcher (istilah untuk orang yang hobby menggambar sketsa) di tanah air maupun luar negeri, lantaran sering mengikuti event-event sketsa di dalam negeri, bahkan event internasional seperti Internasional Semarang Sketchwalk 2016 serta AsiaLink Bangkok Sketchwalk 2016.
Sementara itu, Fakhria H. Halim, salah satu anggota MSW yang terhitung baru bergabung menyebutkan, komunitas gambar sketsa ini, merupakan komunitas seni rupa yang dapat membantu dia dan teman-temannya, yang ingin belajar sketsa.
“Di sini (MSW) kita mendapatkan ilmu, dan saling berbagi teknik menggambar sketsa yang dikuasai. Awalnya saya masih sulit dalam menggunakan cat air, namun ketika dibantu teman-teman MSW, akhirnya saya sudah mulai bisa menguasainya,” bebernya. (ADI.)