Gubernur: Pengukuhan Adat jadi Media Revitalisasi Kearifan Lokal

oleh
oleh
Gubernur bersama Raja dan masyarakat Negeri Tuhaha Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah, Selasa (24/10)

 

TERASMALUKU.COM,-AMBON-Gubernur Maluku Said Assagaff menilai, momen pengukuhan adat, dapat menjadi media untuk merevitalisasi nilai-nilai kearifan lokal dan memperkuat kesadaran hidup bersama anak negeri sebagai “Orang Basudara” berdasarkan semangat Siwalima.

“Ini baik untuk belajar saling memahami, saling mempercayai, saling menghargai, saling peduli, saling mengasihi, saling membanggakan, saling menopang, dan saling menghidupi,” ujar Gubernur Assagaff, saat menghadiri Pengukuhan Adat Raja Negeri Tuhaha sebagai Upulatu Beinusa Amalatu di Negeri Tuhaha Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah, Selasa (24/10).

Menurut Assagaff, para ahli kebudayaan mengatakan, khasanah kebudayaan masyarakat seperti pengukuhan adat ini, memiliki fungsi -fungsi determinan (utama) yang akan membentuk karakter psikologis, identitas kultural dan peradaban yang dapat memperkuat harmoni dan persaudaraan dalam masyarakat.  Bahkan, lanjut Assagaff, hal ini bisa menjadi modal sosial yang sangat berharga dalam pembangunan bangsa dan negara, terutama pembangunan Maluku Tanah Pusaka ini.

“Karena itu, acara ini memiliki pesan dan makna simbolik yang sangat kuat, sebagai perwujudan dari upaya kita bersama untuk terus menjaga dan memantapkan keberlangsungan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang telah digagas oleh para leluhur kita sejak dahulu,” tuturnya.

Selain itu, Assagaff katakan, acara ini juga dapat dimaknai sebagai momentum strategis untuk mensosialisasikan dan mempromosikan sistem nilai dan aneka budaya masyarakat Maluku kepada publik nasional maupun internasional, tentang betapa kaya-nya kebudayaan di bumi raja-raja ini.

Lantaran itu, Assagaff menyebutkan, sejatinya “Pengukuhan Adat Raja Negeri Tuhaha Sebagai Upulatu Beinusa Amalatu” ini, bukan saja sebagai sebuah seremonial semata, tetapi juga sebagai bentuk tanggungjawab moril kita semua untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai kepemimpinan yang amanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, dan selalu berpihak pada kepentingan rakyat.

BACA JUGA :  Penandatanganan MOU BPJS Ketenagakerjaan Dengan Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat

“Beta mau nanaku katong samua jua. Bahwa oras ini katong hidup di sebuah era yang terus berubah dengan sangat cepat. Rasa-rasa dunia ini akang tambah kacil deng su menyatu, apa yang terjadi di luar negeri dan kota-kota besar lainnya, dengan cepat dapat berpengaruh sampe di negeri atau kampong-kampong yang jauh dari kota,” papar Assagaff.

Dia katakan, para ahli, menyebut kondisi tersebut sebagai proses globalisasi yang membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat, baik positif maupun negatif. “Dampak positif yang ditimbulkan adalah keterbukaan, kecepatan informasi dan modernisasi,” ujarnya.

Sebaliknya dampak negatif yang ditimbulkan dari globalisasi, disebut Assagaff, juga sangat kompleks, antara lainnya, lahirnya kecenderungan masyarakat yang semakin glamour materealistis, hedonis, dan individualistis, yang bertentangan dengan nilai-nilai kearifan lokal “hidup orang basodara” di negeri ini. Bertolak dari kesedaran tersebut, Assagaff ingin mengajak samua untuk meningkatkan kepekaan sosial terhadap dinamika masyarakat yang terus berubah.

“Terutama dalam menghadapi pelbagai problematika masyarakat yang makin kompleks dewasa ini. Ada beberapa fenomena patologi sosial dewasa ini yang biking beta pung hati galisah deng gagantang, seperti, maraknya aksi premanisme, bakalai antar kampong, maraknya aksi saling menebar fitnah (hoaks), maraknya aksi saling menghujat atau menebar kebencian (hate speech) di medsos,” kata Assagaff.

Gubernur dan Raja Tuhaha

Dia menambahkan, termasuk meningkatnya kekerasan seksual, makin masifnya peredaran narkoba sampe ke kampong-kampong, praktek asusila, serta pelbagai penyimpangan sosial lainnya, yang membuat kita nyaris kehilangan keadaban privat maupun keadaban publik.

“Kondisi ini meniscayakan katong samua, untuk kembali memperkenalkan dan wariskan nilai-nilai kearifan lokal negeri ini kepada katong pung generasi muda, melalui event-event budaya,” imbuhnya. Selain itu, menurut Assagaff, pentingnya kita hidupkan nilai-nilai kearifan lokal ini sebagai pendidikan menghidupkan nilai(Living Velues Education) baik itu di rumah di sekolah, maupun di masyarakat.

BACA JUGA :  Partai NasDem Tanimbar Dukung Petrus Fatlolon Bupati Periode Kedua

“Sebagai contoh, sesibuk-sibuknya katong, tetapi tetap luangkan waktu untuk makang sama-sama dengan keluarga. Karena pertemuan keluarga di dulang, dalam kosmologi orang Maluku, merupakan media pendidikan keluarga yang sangat sakral, selain untuk membina rasa kasih sayang dan saling berbagi, saling mengingatkan, juga menjadi media untuk musyawarah keluarga,” terangnya.

Selain itu, lanjut Assagaff, ada tradisi Kewang, tradisi Masohi, Badati, Ma’anu, dan sebagainya, yang perlu dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari. “Pengukuhan adat seperti ini, sejatinya menjadi momentum untuk katong samua mengkonsolidasi diri dalam rangka menegakkan keadaban dan kedaulatan negeri dan daerah ini,” tuturnya.

Karena raja, menurut Assagaff, merupakan simbol kedaulatan negeri, selain itu raja bukan hanya memiliki kekuasaan administratif, tetapi juga juga kekuasaan adat. Maka dengan pengukuhan adat saat ini, Assagaff menegaskan, konsekwensi logisnya semua aturan-aturan adat serta nilai-nilai kearifan lokal yang ada dalam masyarakat Tuhaha ini harus diteggakan dan dihidupkan kembali.

“Dengan demikian mari basudara samua, katong jadikan adat dan nilai-nilai kearifan lokal yang katong miliki sebagai modal sosial kultural dalam rangka transformasi karakter masyarakat kita, yang dimulai dari perubahan pola pikir dan karakter yang ada,” ujar Assagaff.(ADI)

No More Posts Available.

No more pages to load.