TERASMALUKU.COM,-AMBON- Lima hari pasca gempa, ratusan warga Negeri Seith Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, Maluku hingga Sabtu (4/11) malam, masih mengungsi di Ulat Oki atau Gunung Oki desa tersebut. Warga mendirikan tenda darurat dan tidur di malam harinya hingga pagi.
Warga desa yang kebanyakan balita, anak-anak, wanita dan lanjut usia tidur beralaskan tikar seadanya. Sebagian warga menggunakan selimut, sebagian lainnya tidak.Mereka tidur dengan lampu pelita. Meski tidur di hutan dengan kondisi yang memprihatinkan, namun warga mengakui nyaman dan tidak khawatir atas gempa susulan serta ancaman tsunami.
Tiap malam warga berjalan kaki sekitar 500 meter dari perkampungan mereka menuju Ulat Oki,tempat pengungsian. Warga harus menaikan jalan terjal dan licin untuk sampai ke lokasi pengungsian itu. Selain membawa barang berharga lainnya, waga juga membawa bekal makanan dan minuman. Warga masih trauma atas gempa dan takut adanya tsunami.
“Ini malam kelima warga tidur di lokasi ini. Apa yang kami lakukan ini untuk mengindar dan juga ikhtiar jangan sampai terjadi tsunami. Warga masih trauma atas gempa, Selasa malam lalu, apalagi hingga saat ini masih ada gempa susulan,” kata Hasan Haupea, warga Seith saat ditemui di lokasi pengusian Gunung Oki.
Ia mengakui di lokasi tersebut ada 60 kepala keluarga atau sekitar 300 jiwa. Di lokasi pengungsian ini hanya untuk satu Soa saja yakni Soa Hautuna. Sedangkan ratusan warga Seith lainnya dari Soa berbeda juga mengungsi di lokasi lainnya di perbukitan Seith. Warga hanya mengungsi di malam hari saja. Tiap pagi mereka sudah kembali ke rumahnya masing – masing.
Menurut warga, hingga kini belum ada petugas BPBD Maluku Tengah datang mensosialisasikan kepada mereka tentang bahaya gempa dan potensi tsunami setelah gempa utama 6,2 SR pada Selasa malam 31 Oktober.
“Memang petugas Pemerintah Negeri Seith sudah menghimbau tidak terjadi tsunami, dan gempa-gempa susulan tidak berbahaya. Tapi masyarakat masih trauma dan takut, mereka lebih nyaman berada di lokasi pengunsian ini dulu,” kata Hassan.
Posisi Desa Seith, dan desa – desa di Jazirah Leihitu memang tak jauh dari pusat gempa di Barat Daya Pulau Ambon. Selain di Seith, warga desa –desa (negeri) di pesisir Jasirah Leihitu Malteng juga hingga kini masih mengungsi ke perbukitan desa mereka karena takut gempa susulan dan tsunami.
Sebelumnya, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Ambon Bram Mustamu meminta warga untuk tidak panik dan khawatir apalagi percaya isu – isu tsunami. Karena menurutnya, kualitas gempa susulan sudah berkuran dan skalanya makin kecil.
“Gempa – gempa susulan itu trandnya makin kecil dan nanti habis, tidak menimbulkan kerusakan. Karena itu saya minta warga yang mengungsi untuk kembali ke rumah masing – masing,” kata Mustamu kepada pers, Sabtu siang. Ia juga mengakui hingga Sabtu pagi sudah terdapat 139 gempa susulan. Namun dari jumlah tersebut hanya 15 kali gempat yang dirasakan warga. (ADI)