TERASMALUKU.COM,-AMBON-Gubernur Maluku Said Assagaf membuka Musyawarah Daerah (Musda) Badan Perwakilan Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Maluku yang berlangsung di Swissbell Hotel Ambon, Sabtu (4/11). Dalam pembukaan Musda BPD HIPMI Maluku ini Gubernur memberikan tantangan kepada HIPMI dan pemuda di Maluku. “Untuk HIPMI dan pemuda di Maluku ada beberapa tantangan yang saya berikan untuk bisa dijawab oleh pemuda yang ada di wilayah Maluku,” kata Assagaff.
Tantangan yang harus dijawab itu menurut Assagaff yakni, masih banyak mentalitas gerombolan di kalangan pemuda. Itu artinya, lulusan SMA dan Perguruan Tinggi (PT) masih suka bergelombol pada satu isu atau bidang saja. Sehingga lulusan SMA dan PT saat ini jarang punya minat dan ide kreatif untuk mengembangkan dirinya berwirausaha.
“Kalau saat ini kita tanya kepada anak muda Maluku, kalau setelah lulus sekolah atau kuliah rata-rata 70 persen pasti memilih untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI dan Polri,” katanya.Selain itu, kata Assagaff, para pemuda yang tidak lulus untuk menjadi PNS, TNI/Polri pasti berebutan untuk masuk di partai politik dalam rangka untuk menjadi anggota dewan.
“Olehnya itu, tidak mengherankan dengan begitu kuatnya mentalitas yang saya sampaikan itu, sehingga menimbukakan generasi muda yang banyak menjadi pengangguran intelektual dan beban pembangunan,” katanya. Selanjutnya, kata Gubernur Assagaff, pemuda di Maluku masih lemah untuk semangat entrepreneurship karena begitu banyak Sumber Daya Alam (SDA) Maluku membuat pemuda di Maluku tidak mau berwirausaha.
“Kalau kita perhatikan rata-rata orang Maluku kalau sudah punya uang dan makanan untuk beberapa minggu dan bulan, maka sudah merasa aman dan tidak mau berusaha lagi, demikian juga kalau sudah punya gaji perbulan dan sudah bisa memenuhi kebutuhan untuk bulan itu, maka pasti merasa sudah cukup, sehingga modal yang digunakan bersifat konsumtif,” tutur Assagaf.
Ia mengungkapkan, sebagai otokritik kepada HIPMI Maluku, pengembangan usaha saat ini masih didominasi oleh kontraktor dari pada di sektor-sektor ril, akibatnya banyak potensi lokal yang terabaikan atau belum bisa dikelola secara maksimal.
“Ini karena belum adanya industri di Maluku untuk pengembangan ekonomi, bahkan home industri dan ekonomi kreatif belum bisa berkembang secara baik,” terangnya. Ia juga menambahkan, selain itu juga Maluku bisa mengembangakan sektor pariwisata yang dimiliki untuk menjadi sektor unggulan yang ada di Maluku. (IAN)