TERASMALUKU.COM,-TEPA-Gubernur Maluku Said Assagaff menyebutkan, dirinya ingin membagi suka cita, sebab gereja tetap memberikan kontribusi positif bagi suksesnya pembangunan dan persaudaraan sejati di Maluku. Pernyataan tersebut disampaikan Gubernur Assagaff saat menghadiri Perayaan Syukur 100 Tahun Injil Masuk di Desa Watuwei Klasis Gereja Protestan Maluku (GPM) Pulau-pulau Babar Timur dan Peresmian Lakpona (Baileo) Imanuel, Jemaat GPM Watuwei, Kecamatan Babar, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), Selasa (21/11).
“Iklim ini harus kita rawat dan jaga dalam seluruh aspeknya. Sebab GPM sudah membangun teologi kontekstual, terutama dalam segmen adatis, dan itu sudah terbukti dan semakin mantapnya sistem-sistem bermasyarakat kita di sini,” ujar Assagaff.
Lebih lanjut Assagaff katakan, merayakan syukur 100 tahun masuknya Injil di Jemaat GPM Watuwei, Klasis Pulau-Pulau Babar Timur, baginya memiliki makna yang sangat penting, karena telah merayakan secara langsung 100 tahun sejarah panggilan Tuhan kepada masyarakat dan jemaat di Watuwei. Injil yang datang ke daerah itu, menurut Assagaff, adalah Injil yang masuk dan berjumpa dengan orang-orang Watuwei secara utuh.
“Karena itulah, kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab Ia terus memakai Gereja sebagai alat pemberitaan kabar baik, kabar damai sejahtera, kabar pembebasan di dunia, dan terutama di Provinsi Maluku,” tuturnya. Syukur itu pun semakin utuh, kata Assagaff, sebab sebagai orang Kristen di Jemaat Watuwei, mereka masih bisa merayakan satu abad datangnya Injil, setelah tiga ratus tahun lebih Injil itu masuk ke Ambon.
“Kita bisa membayangkan, betapa sulitnya berlayar ke negeri ini pada satu abad lalu. Watuwei ibarat ujung dunia yang jauh, dan mungkin tidak pernah diketahui oleh siapapun, termasuk oleh navigator-navigator Eropa yang sudah menggunakan alat-alat pelayaran canggih sekalipun,” katanya.
100 tahun yang lalu, Assagaff menyebutkan, Watuwei tersembunyi. Tetapi bukan kebetulan, orang-orang di daerah itu bisa berjumpa dengan para misionaris yang membawa Injil ke negeri tersebut. Perjumpaan itu terjadi, justru karena jemaat telah menjadi bagian dari karya panggilan Tuhan, untuk menjadi Gereja dan memberitakan kabar baik di bumi.
Karena itu, rasa syukur yang dipanjatkan hari ini, menurut Assagaff, berkaitan dengan sejarah panjang Jemaat Watuwei di Kabupaten MBD ini mengenal Tuhan dan membentuk kebudayaannya. Dari sejarah panjang itu, Assagaff katakan, ada waktu untuk sebuah tantangan yang dihadapi, dan ada pula waktu untuk sebuah perjuangan itu dimenangkan.
“Artinya saya mau katakan bahwa tantangan yang dihadapi GPM ke depan sangatlah multi-dimensional. Namun tantangan seperti itu harus disikapi positif karena jika kita berhasil mengatasinya, sama dengan adanya solusi dari sebuah krisis. Kita tidak boleh lengah terhadap krisis, malah sebaliknya kita harus melayani krisis, sebab krisis adalah tanda ketika kita harus mengalami pembaruan,” katanya.
Untuk hal ini, secara khusus Assagaff berterima kasih kepada pimpinan dan warga GPM di Klasis Pulau-pulau Babar karna sudah membantu pemerintah melayani krisis di Maluku dan juga di kawasan ini. “Saya selalu berusaha dengan sekuat tenaga, untuk menempatkan diri melayani masyarakat kita sebaik mungkin, agar mereka tidak kehilangan arah dan asa,” ujarnya.
Assagaff juga mengucap syukur dan bangga, bahwa datang jauh-jauh dan berjumpa dengan basudara di Watuwei menyiratkan makna sejati tentang bagaimana menjadi sahabat, tetapi juga pemimpin yang bukan saja ada di antara rakyat, melainkan hidup bersama dengan rakyatnya.
“Saya merasa, bahwa kepercayaan yang turut basudara berikan kepada saya dan saudara Wakil Gubernur sampai saat ini, merupakan bagian dari amanah untuk hidup bersama dengan basudara semua,” tandasnya.
Dari situ Assagaff katakan, dirinya belajar bagaimana menjadi teladan dan pelayan yang mengayomi serta membimbing dengan ketulusan dan kesungguhan. “Saya mengatakan itu untuk menegaskan kembali, bahwa di dalam Perayaan Syukur 100 Tahun Injil Masuk Watuwei, kita mendapat banyak kesempatan untuk belajar memperbaiki dan membenahi diri, serta melengkapi dalam semangat persaudaraan,” tuturnya.
Bumi Kalwedo, MBD menurut Assagaff, selalu melahirkan ide-ide kemanusiaan luhur dan berbudi pekerti, sebab orang-orang di sini sudah lama hidup dalam suatu komnmen saling menghargai, baku bantu, dan baku keku dalam spirit hidop orang basudara, yang mengandung kearifan serta keunggulan peradaban.
Komitmen ini juga yang disebut Assagaff, mendorong pembangunan Lakpona Imanuel Jemaat GPM Watuwei, yang diresmikan. Dia katakan, Lakpona dalam tradisi dan budaya masyarakat Watuwei, tidak hanya menjadi tempat untuk menggelar acara adat yang melibatkan masyarakat tetapi juga tempat untuk duduk bersama menyelesaikan berbagai masalah sosial kemasyarakatan, sebagai wujud persatuan dan persaudaraan.
Maka kehadiran Lakpana lmanuel Jemaat GPM Watuwei sejatinya, menurut Assagaff, dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, baik untuk kepentingan jemaat, maupun masyarakat secara universal, sebagai wujud nyata kehadiran Gereja bagi pembangunan perdamaian.
“Untuk itulah, saya mengajak semua komponen agama di Kabupaten MBD untuk saling membantu, saling menghargai dan membangun hidup sejati, yang melahirkan persaudaraan rukun dan damai, terutama dalam persiapan memasuki Minggu-minggu Adventus Natal Kristus pada dua pekan mendatang,” demikian Assagaff.(ADI)