TERASMALUKU.COM,-AMBON-Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Mulyadi P. Tamsir mengaku terkesan dengan suara merdu yang didendangkan para musisi di Kota Ambon. Pernyataan tersebut disampaikannya, saat memberikan laporan pada Pembukaan Kongres HMI ke-30 yang dipusatkan di Auditorium Kampus Universitas Pattimura Ambon, Rabu (14/2).
“Melihat suasana masyarakatnya dan perkembangan kotanya, kami mendukung dan merekomendasikan Ambon dapat dijadikan sebagai kota perdamaian serta kota musik dunia,” tandas Mulyadi. Dia katakan, Kongres HMI yang ke-30 dilaksanakan di Kota Ambon ini, adalah amanah Kongres ke-29 di Pekanbaru. Ambon dipilih dengan pertimbangan sosiologis masyarakatnya yang majemuk.
“Ambon ini bagai minitaur dunia. Karena disini ada keturunan Portugis, keturunan Belanda, keturunan Arab dan banyak lainnya. Makanya saya sampaikan Ambon menjadi miniatur dunia. Ini adalah keanekaragaman kita. Ambon dikenal sebagai kota perdamaian, kota musik dan kota yang penuh dengan nilai-nilai toleransi yang sangat tinggi,” tuturnya.
Sosiokultular masyarakat di Ambon dan Maluku pada umumnya, disebut Mulyadi, berlandaskan pada nilai-nilai saling kasih, saling sayang, saling peduli, berperikeadilan dan berperikebenaran. Dia menambahkan, dalam nilai rumah kita bersama, dan satu ibu satu kandung, Ambon dan secara umum masyarakat Maluku kini telah bangkit.
“Dulu pernah ada kejadian-kejadian yang tidak mengenakan, tapi kini mereka di Ambon dan Maluku umumnya, sukses belajar keterpurukan yang pernah ada, sehingga kota ini menjadi kota yang damai, serta kota yang penuh kasih sayang,” ujarnya. Di saat daerah-daerah lain menggunakan isu politik identitas sebagai strategis dalam mobilisasi suara pada saat proses demokrasi, Ambon justru tampil berbeda.
“Masyarakat Ambon telah cerdas dan dewasa dalam berdemokrasi. Isu politik identitas tidak laku menjadi bahan jualan elit, oleh karena itu kami mengajak seluruh kader HMI untuk belajar nilai-nilai toleransi dari masyarakat Ambon,” katanya. Mulyadi katakan, pihaknya belajar untuk terus melaksanakan demokrasi dalam berkongres dengan damai di Kota Ambon. Mudah-mudahan pada kongres kali ini menjadi berbeda dan menjadi lebih baik.
“Kita bawa nilai-nilai toleransi dan kecerdasan serta kedewasaan masyarakat Ambon ke daerah kita masing-masing, ke seluruh pelosok i Indonesia. Karena kita sadar pada tahun ini ada 171 daerah yang sedang melaksanakan proses demokrasi, sehingga seluruh indonesia menjadi negara yang damai, negara yang toleran, dan memperkokoh nilai-nilai kebangsaan,” imbaunya.
Lebih menurut lanjut Mulyadi, pada Kongres kali ini pihaknya mengangkat tema tentang Meneguhkan Kebangsaan, Wujudkan Indonesia Berkeadilan. Dari tema tersebut, dia menyebutkan ada dua penggal kalimat penting, yang pertama Meneguhkan Kebangsaan. Dengan kongres HMI ke-30 di Kota Ambon, diharapkan didapatkan gagasan-gagasan dan menjadi jawaban atas persoalan kebangsaan yang akhir-akhir ini muncul.
“Melalui interaksi dengan masyarakat Ambon, akan melahirkan gagasan dan pemikiran yang original, dan digali dari nilai-nilai masyarakat Ambon. Rasa kebangsaan kita akan terus berkokoh, dengan semakin memperkokoh kebangsaan, maka harapan Indonesia menjadi negara besar, negara maju dan dapat menjadi pemimpin peradaban dunia dapat kita wujudkan,” demikian Mulyadi. (ADI)