Uli, Cemilan Warisan Khas Tulehu Untuk Berbuka

oleh
oleh
Mama Naya tengah membuat Uli, cemilan khas Desa Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah pada Jumat (1/6/2018). FOTO : BIR (TERASMALUKU.COM)

TERASMALUKU.COM,-AMBON-Asidah atau dodol arab, lama dikenal dengan cemilan ramadhan khas dari Maluku. Di pusat Kota Ambon seperti di pusat kuliner ramadhan Masjid Al-Fatah, Soabali atau di Batu Merah, Asidah tidak pernah absen dari atas meja lapak jualan. Jajanan dengan rasa manis disirami mentega itu merupakan panganan batal yang pas untuk mengembalikan energi setelah seharian berpuasa.

Tapi tahukan anda, ada satu cemilan berbuka yang khas dan otentik dari Maluku. Namanya, uli. Berbeda dengan Asidah, uli termasuk yang amat jarang dijumpai di atas meja jualan kuliner di pusat kota. Kita butuh sedikit tenaga untuk mendapatnya. Tepatnya di  Tulehu, Kabupaten Maluku Tengah. Di desa yang dijuluki Negeri Sepak Bola itu uli jadi makanan primadona selain asidah.

Uli kuliner khas Tulehu

“Di Ambon seng ada. Paling banyak di Tulehu. Ini makanan su rati orang tatua dolo dolo lai,” ucap Naya Nahumarury, sambil mengisi gula merah dalam adonan kasbi saat ditemui Terasmaluku.com, Jumat (1/6/2018) di rumahnya di Tulehu.  Cemilan yang dibuatnya merupakan makannan turun temurun dari orang tua. Sejak dulu, orang di Tulehu membuat uli sebagai teman minum teh sore atau untuk berbuka puasa.

Kasbi merupakan bahan baku utama.Pada masa dulu orang Maluku lebih banyak mengonsumsi isi kabong seperti umbi-umbian sebagai makaan pokok. Kasbi atau singkong salah satu hasil ladang yang paling bisa disulap jadi aneka makanan enak. Uli salah satunya.  Saat Terasmaluku.com mengunjungi rumahnya, Mama Naya menjelaskan cara pembuatan uli.

Kasbi lebih dulu dibersihkan lalu direbus. Setelah itu kasbi rebus digiling atau ditumbuk hingga halus dan dicampur dengan parutan kelapa.“Kalau akang pung isian di dalam pakai gula merah, lalu katong ontal akang,” lanjutnya. Berbekal sarung tangan plastik, adonan kasbi dipipihkan untuk memasukan isian gula merah kemudian dipilin dan dipanggang dengan api kecil.

BACA JUGA :  Ransel Ternyata Berisi 22 Bom Rakitan dan Amunisi

Naya yang sudah berjualan uli sejak masih nona nona itu menyebut, ulin sudah menjadi makannan turun temurun keluarganya juga bagi orang Tulehu. Memang tidak susah menemukan uli selama ramadhan di Tulehu. Namun di hari biasa tak banyak yang menjual uli. Keluarga Nahumarury merupakan yang konsisten membuat dan menjual uli.  Selain uli ada satu panganan sejenis yang juga merupakan kuliner warisan di Tulehu.

Namanya Jampe. Bahan dasarnya sama dengan uli, hanya saja kasbinya tidak direbus. Kasbi diparut lalu dicampur dengan sedikit sagumanta untuk memberi rasa gurih kemudian dipanggang dengan bungkusan daun pisang. “Cuma di sini su jarang. Hanya orang tatua satu satu sa yang bikin. Itupun buat makan, dong seng jual,” imbuhnya.

Dalam sehari dia mampu membuat 100 hingga 300 buah uli yang dijual seharga Rp 1.000. Bila ingin menyicipi uli alangkah baiknya langsung saja ke dapur pembuatan. Uli termasuk yang paling laris dan ludes duluan saat dibawa ke lapak kue di sekitar Tulehu Plaza (Tuplaz). (BIR)

No More Posts Available.

No more pages to load.