Karya Seniman Mural Bakal Jadi Spot Foto Anyar di Ambon

oleh
oleh
Julius Richardo Faubun a.k.a Ulpex menyabet juara 1 Maluku Mural Festival dengan gaya street art yang kental, Senin (11/6/2018). FOTO : BIR (TERASMALUKU.COM)

“Beta pake banyak simbol. Dua orang ini mewakili pemerintah dan ras melanesia (rakyat). Sedangkan yang tengah ini perempuan dan anak- nak,” jelas Julius Richardo Faubun  atau biasa disapa Ulpex, salah satu bomber kepada Terasmaluku.com, Senin  (11/6). Karyanya bersama 20 seniman lain menampilkan isu HAM yang lebih luas. Dua pria yang berpegangan tangan dalam karyanya merupakan visualisasi pemerintah dan rakyat dan bagian tengahnya ada mata perempuan dan anak.

Enbal menjadi vocal point dalam karya anak Tual, Emus Larmawata a.k.a Esl Fine-arts yang mengantarnya pada posisi kedua Maluku Mural Festival

Seniman asal Tual ini menggambarkan pita kuning yang melilit kepala dengan tulisan berbagai pelanggaran HAM. Sementara kedua tangan pria menapak dinding yang retak sebagai perlambang pijakan HAM. “Di sini jua ada warna merah, belang dan tahuri yang kental dengan nuansa Maluku,” ujar pria bernama lengkap Julius Richardo Faubun.  Seniman dengan gaya street art ini menggunakan cat dan pilox dengan detil highlights yang dominan untuk memberi efek dimensi.

Sementara Emus tak ingin meninggalkan kearifan lokal daerahnya dengan menonjolkan enbal makanan khas orang Kei sebagai simbolisasi perjuangan dan kesederhanaan. “Beta kaitkan dengan isu pendidikan. Samua anak tu berhak dapat pendidikan meski dong hidup sederhana atau orang tua seng jadi sarjana,” jelasnya. Pria yang mendapat urutan kedua Maluku Mural Festival itu melihat HAM dalam ruang yang lebih luas mengenai persamaan.

Sementara Lodewik Hahury diganjar peringkat ketiga dengan tradisi orang Ambon yaitu tampa garam. Dalam perlombaan itu juga diisi seniman perempuan. Salah satu yang karyanya cukup menonjol yakni Vivi Tanaman dengan gaya doodle art hitam putih. Karyanya tampak outstanding di antara karya lain yang kaya warna dan detil. “Beta awalnya seng yakin, tapi ya coba saja. Dan beta rasa beta pung beda lai,” katanya.

Baginya karya seni harus dimaknai dengan luas. Kadang rasa kurang pede mengurung seniman berkarya. Karena itu Vivi tetap menuangkan isu HAM dan budaya orang Maluku dalam karya doodle. Tifa pada bagian tengah gambar menjadi isyarat persatuan orang Maluku. “Bera pikir tifa tu alat musik yang disamua daerah Maluku ni pasti punya. Lalu rantai itu bukan berarti mengekang tapi mengikat katong dalam budaya,” ungkapnya.

Karya karya apik para seniman ini kini bisa dinikmati di sepanjang Jalan Dr Latumeten tepatnya di dinding SMA Kartika dan SMP Negeri 2 Ambon. Karya-karya terbaik itu mulai diabadikan warga yang melintas di kawasan itu. Bahkan nantinya lokasi itu menjadi spot instagramable teranyar dan kekinian di Kota Ambon.(BIR)

No More Posts Available.

No more pages to load.