TERASMALUKU.COM,-AMBON-Enam hari menjelang pemungutan suara, Konsultan Citra Indonesia (KCI) – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network merilis hasil temuan dan analisis survei opini publik Provinsi Maluku terhadap pasangan calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku 2018 di Hotel Pasific Ambon, Kamis (21/6/2018). Survei dilakukan pada tanggal 6 sampai 13 Juni 2018 dengan cara tatap muka terhadap 600 responden, yang dipilih dengan menggunakan metode multistage random sampling. Margin of error ini plus minus 4,1 persen.
Strategic Manager KCI-LSI Network Ikrama Masloman mengatakan, hasil survei pihaknya, Paslon Gubernur Murad Ismail dan Barnabas Orno (BAILEO) unggul bila dibandingkan dengan calon gubernur lainnya yakni pasangan Said Assagaff-Andreas Retranubum (SANTUN) dan Herman Koedubun-Abdullah Vanath (HEBAT). “Pasangan BAILEO unggul selisih dibawah 10 persen yakni, Baileo 30, 0 peren, Santun 25, 3 persen, Hebat 24, 6 persen dan yang tidak menentukan pilihan itu 20,1 persen,” kata Ikrama Masloman dalam rilis kepada wartawan.
Meski unggul, kata dia, namun elektabilitas ketiga Paslon Gubernur Maluku sangat ketat, karena dengan swing voters masih 20, 4 persen maka saling menyalip masih terbuka untuk memenangkan pertarungan Pilgub Maluku 27 Juni 2018. “Ketiga kandidat calon Gubernur Maluku masih punya peluang untuk menangkan pertarungan Pilkada Maluku karena selisih ketiga pasangan tidak begitu jauh,” katanya.
Ia mengatakan, jika dibandingkan dari Mei 2017 hingga Juni 2018 ini, maka terdapat peningkatan dukungan suara sebesar 29, 5 persen untuk pasangan Baileo. “Mei 2017 lalu pasangan Baileo memulai dengan 0,5 persen saja angka popularitas, sedangkan saat ini sudah meningkat 30, 0 persen,” jelasnya.
Menurutnya, terdapat beberapa kondisi yang dapat merubah hasil suara nanti yakni beralihnya swing voters. Aritnya siapapun yang bisa mengambil suara tersebut. “Makin mendekat hari pencoblosan, maka makin kecil angka swing voters, sehingga hal tersebut bisa mengubah peta politik,” ujarnya.
Yang berikut, kata dia, setiap kandidat harus bisa menekan tingkat angka Golput pendukungnya, karena kandidat yang menang adalah pasangan yang mampu meminimalisir jumlah Golput pendukungnya. “Isu negatif campaign juga bisa merubah peta politik, sebab negatif campaign adalah kampanye yang menyerang lawan dengan fakta-fakta yang melemahkan, isu negatif yang masif terhadap kandidat dapat mengubah suara,” terangnya.
Ikrama juga mengatakan, harapan masyarakat Maluku untuk seluruh kandidat agar dapat menerima kekalahan dan mengucapkan selamat kepada pemenang. “Ada sebesar 80, 5 persen publik Maluku ingin setiap kandidat bisa menerima kekalahan dan kemenangan,” katanya. (IAN)