Peneliti Unpatti Kembali Teliti Pencemaran Merkuri Gunung Botak

oleh
oleh
Dari kiri Dr Albert Nanlohy, Dr Yustinus Male, peneliti dari Universitas Pattimura menggelar pertemuan dengan perwakilan warga adat di Grand Sarah Hotel Namlea, Kabupaten Buru, Jumat (20/7/2018) malam. FOTO : ADI (TERASMALUKU.COM)

TERASMALUKU.COM,-AMBON-Menyusul maraknya aktivitas penambangan emas ilegal menggunakan merkuri dan sianida di Gunung Botak Kabupaten Buru, dua peneliti dari Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon kembali melakukan penelitian tingkat pencemaran merkuri dan sianida di wilayah Kabupaten Buru.

Dua peneliti dari Unpatti yakni Dr. Yustinus Male dari Fakultas MIPA dan Dr. Albert Nanlohy dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan bersama staf Dinas ESDM Maluku, Jumat (20/7/2018) tiba di Kota Namlea Kabupaten Buru. Male adalah peneliti bidang logam, keracunan logam dan lingkungan, sedangkan Albert peneliti bidang pengaruh logam merkuri dan sianida terhadap biota air.

BACA JUGA : Kapolsek Cegat Aksi Warga Adat Naik Gunung Botak Tertibkan Bahan Kimia

Male dan Albert pada Jumat malam menggelar pertemuan dengan perwakilan tokoh adat dari Waeapo dan Kayeli, wilayah petuanan tambang Gunung Botak serta LSM Parlemen Jalanan Buru. Male mengatakan, Sabtu (21/7/2018) pagi pihaknya akan mengambil sampel merkuri dan sianida di sejumlah lokasi di Kabupaten Buru mulai dari perairan Teluk Kayeli, lokasi tambang Gogorea, Wamsait wilayah Kecamatan Waelata, Kali Anahoni dan Gunung Botak yang diduga tercemar bahan kimia merkuri dan sianida.

Menurut Male pihaknya merupakan bagian dari tim terpadu untuk penanggulangan masalah pencemaran lingkungan di Gunung Botak dengan surat keputusan Gubernur Maluku Said Assagaff. Male dan Albert akan meneliti tingkat pencemaran lingkungan akibat penambangan emas ilegal menggunakan merkuri dan sianida di sejumlah lokasi Gunung Botak. “Kami akan mengambil sampel dan itu bagian dari tugas monitoring lingkungan. Kami akan mengambil sampel di Gogorea, Waelata, Anahoni, Gunung Botak dan sekitarnya untuk melihat perkembangan terakhir dari tingkat pencemaran yang terjadi,” kata Male kepada wartawan usai pertemuan itu.

Ini merupakan penelitian Male yang ketiga kalinya untuk menguji tingkat pencemaran lingkungan akibat penggunaan merkuri dan sianida di wilayah Gunung Botak. Menurut Male berdasarkan hasil penilitian 2014 yang sampelnya diuji di laboratorium di Australia semua biota laut di Teluk Kayeli sudah tercemari unsur merkuri dengan tingkat konsentrat atau kadar pencemaran diatas 3 persen.

Menurur peneliti yang baru meraih gelar profesor ini hasil uji loboratorium di Australia tidak bisa terbantahkan karena merupakan laboratorium terbaik kedua di dunia. Meski masih tergolong kecil kadar pencemarannya namun menurur Mole kondisi biota laut di wilayah Teluk Kayeli sudah tercemar. Karena itu langkah kongkritnya harus dihentikan pengunaan merkuri dan sianida untuk penambangan emas ilegal di Gunung Botak.

“Berdasarkan hasil penelitian kita tahun 2014 itu, atas perintah Presiden Joko Widodo, lokasi Gunung Botak ditutup. Namun saat ini aktivitas penambangan menggunakan merkuri dan sianida di Gunung Botak dan wilayah sekitarnya marak lagi. Dan ini yang akan kita lakukan penelitian lagi bagaimana tingkat pencemaran merkuri dan sianida saat ini,” kata Male.

BACA JUGA : Penambang Emas Gunung Botak Tewas Terkapar Sianida Dari Kolam Rendamannya

Hasil penelitian nantinya akan disampaikan kepada Dinas ESDM Pemprov Maluku dan Gubernur Maluku Said Assagaff sebagai pertimbangan dan dasar untuk mengambil keputusan penataan Gunung Botak. “Uji sampelnya dilakukan di laboratorium mana itu tergantung Dinas ESDM Maluku, kita peneliti hanya menjalankan tugas sains, penelitian,” kata Male.

Dalam pertemuan itu para tokoh adat menyatakan siap membantu dan memberikan dukungan atas penelitian tingkat pencemaran lingkungan yang dilakukan tim dari Unpatti dan ESDM Maluku. “Kami juga minta pemerintah daerah Maluku, aparat keamanan dan Pak Presiden Joko Widodo untuk memberantas, menindak tegas peredaran merkuri dan sianida di Pulau Buru yang makin marak,” kata Ketua Persaudaraan Warga Adat Umar Nurlatu. (ADI)

No More Posts Available.

No more pages to load.