TERASMALUKU.COM,-MASOHI-Saluran pembuangan atau drainase amat vital perannya terutama saat musim hujan. Sempitnya saluran dapat berakibat air meluber dan masuk ke permukiman. Apalagi saat musim timur di Maluku, curah hujan yang tinggi berimbas pada bencana banjir di beberapa daerah.

Seperti di Desa Saunolu Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah (Malteng). Saluran pembuangan air yang membelah desa itu sudah beberapa kali rusak. Talud saluran pun rontok dan terbawa hingga ke dekat bibir pantai. Rumah warga yang berada di sekitar saluran pun kerap kali kebanjiran.
Sejatinya saluran itu merupakan saluran kering. Saat hujan, barulah air mengalir hingga ke pantai. Sayangnya debit air yang tinggi dari hulu serta abrasi air laut pada hilir makin memperparah kondisi talud yang sebelumnya dibangun warga itu.
Seperti saat Terasmaluku.com menyambangi desa, Rabu (1/8/2018) tampak reruntuhan talud di dekat ujung saluran menuju laut.
Untuk itu memasuki musim panas, pemerintah mengucurkan dana perbaikan talud agar warga tak lagi kebanjiran. Namun yang berbeda pengerjaan talud tidak dilakukan sendiri oleh warga namun dibantu oleh Satgas Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-102 Kodim 1502/Masohi. Sebelumnya pengerjaan talud digarap oleh warga desa. Namun hal itu kurang memberi hasil baik, lantaran tidak semua warga terlibat dan turut serta dalam pengerjaan.
Proses yang panjang memakan waktu lama serta kurangnya tenaga cukup memberi imbas pada hasil pengerjaan. “Sasaran utamanya talud penahan air. Karena ini sangat dibutuhkan warga,” ujar Kapten Inf Bambang Sutiono, Komandan Satuan Setingkat Kompi (SSK) TMMD ke-102 Kodim 1502/Masohi saat turun meninjau pengerjaan talud Rabu (1/8/2018).
Bambang menyebut pengerjaan talud dimulai sejak 10 Agustus. Mereka membangun talud penahan untuk mengantisipasi abrasi yang datang dari dua sisi. Pasalanya kondisi talud rusak pada bagian ujungnya. Bersama warga Satgas TMMD mendorong kebersamaan dan rasa memiliki antar warga untuk menuntaskan talud sepanjang 150 meter dengan tinggi 2.30 meter dari dasar fondasi. Mereka bekerja sejak pagi, masing masing menggontong pasir semen. Sedang lainnya ada yang mencampur dan memasang fondasi ke arah pantai.
Menurut Bambang talud menjadi prioritas lantaran kondisinya yang urgent. Saat air pasang atau gelombang besar, air laut bisa naik hingga ke dalam saluran dan menghancurkan talud. Karena itu mereka harus segera menuntaskannya. “Ini sudah dua kali kerja. Kalau sekarang ini semua ikut bikin. Jadi cepat selesai,” ujar saniri negeri, Mathias Tehuayo yang ikut turun tangan dalam pengerjaan talud.
Baginya talud yang bermuara langsung ke pantai itu punya peran vital. Ia menjadi jalan utama agar air dari gunung lekas bermuara ke laut. Sebelumnya, saat talud belum diperbaiki air yang turun dari kerap tergenang. Bersamaan dengan itu air pasang laut naik sehingga menimbulkan banjir. Warga pun tak bisa berbuat banyak.
Usai ada anggaran dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malteng, barulah ada pembuatan talud. Namun Mathias mengakui pembuatan talud sebelumnya kurang maksimal. Lantaran warga enggan berkerja sama. Hanya sebagian saja yang turun. Sedang sisanya di rumah atau melakukan aktifitas lain. Namun berkat peran Satgas TMMD, warga mampu dikerahkan dan bersatu membangun negeri. Sebagian sudah dikerjakan. Dipastikan semua tuntas tepat waktu.
Itu terbukti selain pembuatan talud, warga dan Satgas TMMD juga bersama sama mengerjakan pemolesan masjid di desa ini. Tak hanya warga yang muslim, warga kristen pun terlibat bahu membahu menuntaskan pembangunan desa. Kekompakan dan kerja keras bersama menjadi fokus pembangunan daerah. Saat warga bersatu, kampung pun maju. Hal itu yang diharapkan oleh Satgas TMMD dalam Keterlibatan dengan masyarakat pun pemerintah.(BIR)