TERASMALUKU.COM,-AMBON-Dalam rangka memeriahkan Festival Teluk Ambon pada 18-20 Agustus 2018, sejumlah acara menarik digelar. Salah satunya lomba tarian kreasi yang dibawakan kelompok anak anak muda di Gong Perdamaian Ambon, Minggu (19/8/2018). Dasar tarian tradisional asli Maluku diramu dengan ciamik menjadi penampilan menarik dan atraktif.

Seperti kreasi Tari Kamboti yang dibawakan siswa SMK Negeri 4 Kudamati. Tari Kamboti asal Seram memceritakan tentang aktifitas mencari buah buahan yang diisi di dalam wadah anyaman dari daun kelapa atau disebut kamboti. Bagi warga Maluku kamboti dipakai juga untuk menampung hasil kebun seperti kasbi, keladi, patatas dan lainnya.
Tarian ini sudah ada lama dan dibawakan pada tiap acara. Namun kepopulerannya kalah Tari Cakalele atau Tari Lengso. Padahal tradisi, sejarah serta cerita dari Maluku umumnya tersirat pada tarian adat. Untuk itulah para siswa itu coba menunjukkan kembali Tari Kamboti dalam nuansa yang berbeda. “Tarian ini kan jarang yang tahu apalagi anak anak sekarang. Lalu katong tambah dengan drama,” ujar Gilbert Alfons, penari dari SMKN 4 Ambon.
Agar tarian kreasi lebih hidup, mereka memperkayanya dengan lagu yang dimix jadi lebih dinamis. Gimmic dan koreografi lucu pada beberapa part gerakan cukup membuat penonton di area Gong Perdamaian Ambon, Minggu siang tertawa. Namun tetap tidak merubah esensi tarian. Bahkan di penghujung tarian, tim yang langganan juara lomba tari ini membubuhkan unsur drama. “Idenya dari katong guru. Tentang pria yang hayal par cewek sampe dia buah jatuh la orang pancuri. Lalu katong bikin akang dalam koreo sendiri,” celetuk seorang personil lain, Alfredo Mulkay.
Riuh tertawa penonton pun pecah manakala melihat aksi anak anak yang gesit itu. Bakat menari dan keterlibatan dalam berbagai grup tari moderen yang dimiliki merupakan modal besar mereka. Gilbert dan kawan kawan berasal dari grup dance berbeda. Asa dari Anggun Dance Crew Gunung Nona, P2DC Pandan Pandan, Swag New Style, Disciple Dance Crew dan Fight For Glory dari Benteng Atas serta DT asal Batu Gajah. Meski datang dari grup yang berbeda, namun mereka mampu menampilkan sajian tarian menarik dan menghibur yang orisinil dihadapan warga Kota Ambon.
Kebolehan menerjemahkan ide ke dalam bahasa koreografi juga ditunjukkan penampil terakhir. Lain hal dengan peserta lomba sebelumnya, Theodora Melsasail tampil solo mengisi menutup lomba tarian kreasi. Dengan baju dan celana hitam serta ikat kepala merah berbahan tenun Tanimbar, Theo – begitu dia dipanggil- menunjukkan sosok perempuan perkasa dalam tariannya. Berbekal tombak dan lengkingan suara, dia menghipnotis mata penonton.
Sepintas gadis yang juga penyair ini nampak seperti sosok Christina Marta Tiahahu yang sedang menari. Gemulai gerak tubuh dengan aksen dan mimik yang kuat menyiratkan peran seorang perempuan. Sosok yang tidak bisa dianggap lemah dan sepele. Semangat tekad kemauan dan kerja keras perempuan diterjemahkannya ke dalam rangkaian koreografi yang dikawinkan dengan berbagai unsur.
Dengan konsep tarian kreasi, gadis yang membuka kelas tari di Lapangan Merdeka Ambon itu memadukan gerak fouettes dan epaule pada balet serta tarian moderen dalam kemasan yang otentik. “Beta baca banyak referensi tapi tentu menghindari youtube. Sebab pasti kebawa dalam tarain. Beta mau tarian itu murni lahir sendiri dan punya makna,” jelas dara kelahiran 21 Februari 1994.
Kebebasan dalam meramu ide melahirkan gerakan gerakan yang tulen.Menari seperti membuka ruang pada dimensi dimensi lain dan mengajak tubuh kita bercerita dengan lembut tanpa kata. Penampilan Theo dan para peserta lomba tadi memberi gambaran tentang betapa kaya tarian Maluku yang dapat dikemas menembus batasan. Yang terpenting berkarya dan berani. (PRISKA BIRAHY)