Yang Tidak Kamu Tahu Dari Palestina

oleh
oleh
Maher N Canawati, Senator Kota Betlehem datang langsung dari Palestina saat ditemui di lobby Hotel The Natsepa Resort and Conventions, Rabu (5/9/2018) pagi. FOTO : (TERASMALUKU.COM)

TERASMALUKU.COM,-AMBON-Puing puing, rumah kosong, berita, kabar hoax, adalah sisa yang ditinggalkan saat konflik. Pernakah kalian berpikir hal itu bisa jadi permanen. Rasa aman dan nyaman merupakan hak dasar yang hakiki.

Warga negara penduduk dunia pun sepakat, living in peace adalah satu tujuan hidup. Konflik dan masalah datang dan mengaburkan itu semua.

Rumah rusak, sekolah hancur, keluarga meninggal, kehilangan pekerjaan. Yang tua mungkin pasrah, sementara yang muda terancam kehilangan masa depan.

Lalu apa yang tersisa dari itu. Sebuah pergerakan besar anak muda perlahan angkat kaki. Begitulah kondisi Palestina.

Maher N Canawati, anggota parlemen Kota Betlehem Palestina dalam kunjungannya di Ambon kepada Terasmaluku.com, Rabu (5/9/2018) mengatakan anak muda di negaranya memilih bekerja di luar.

“Mereka mencari keseimbangan dan kestabilan ekonomi. Mereka banyak sekali keluar dari Palestina untuk melanjutkan hidup yang lebih baik,” sebut mantan Walikota Betlehem yang datang ke Ambon menghadiri acara atas undangan Walikota Ambon itu.

Saat anak muda dunia membangun negara dengan berbagai hal kreatif, generasi muda di Palestina justru mencari kehidupan yang lebih baik.

Nas Daily, seorang vlogger berdarah Palestina yang tinggal di Israel sempat mengangkat soal kehidupan di Palestina.

Meski begitu Maher mengaku tak banyak yang berhasil ditunjukkan ke mata dunia melalui cara cara seperti itu.

Saat disinggung soal aktifitas ngevlog ala anak muda jaman now, Owner Three Arches Retail ini malah menyatakan lebih banyak berita dari dapur panas konflik dua negara yang coba digoreng media.

Tak sedikit pula opini opini timpang yang malah mengaburkan keadaan.“Orang Palestina banyak yang tinggal di Chili. Mereka mencari masa depan dan perekonomian yang baik,” jelasnya.

Memang sejak lama Chili jadi salah satu destinasi diaspora Arab. Tinggal dan tumbuh di kota suci tiga agama membuat Maher jengah dengan konflik. Oknum oknum yang bertindak atas nama agama cukup menyedihkan.

Orang orang yang melakukan kejahatan atas nama agama adalah mereka yang mengaburkan wajah agama itu sendiri. Dalam kitab suci manapun tidak membenarkan hal itu.

“Agama adalah buat kamu di rumah untuk kamu berdoa,” lanjut pengusaha bidang pariwisata itu. Adalah kewajiban untuk sesama manusia saling melindungi bukan menghancurkan.

Tak hanya itu, hal lain yang belum banyak diketahui yakni kebijakan kepemimpinan di sana. Saat gelombang protes datang bagi pemimpin minoritas di Indonesia, warga Palestina justru sebaliknya.

Maher merupakan seorang Kristen asal Betlehem dimana populasi mereka sekitar 20 persen. Sementara muslim sebanyak 80 persen. Dia dipilih oleh warga kota di Tepi Barat Palestina sebagai pemimpin organisasi organisasi Islam yang ada di sana.

Dalam wawancara terbatas itu dia mengatakan Yasser Arafat pernah membuat kebijakan terkait sistem kepemipinan di Pelestina yakni minoritas yang memimpin kelompok mayoritas. Indikator pemilihan pun berdasar kapasitas dan bukan perkara agama.

Hal itulah yang diyakininya sebagai alasan dia terpilih dari kaum minoritas.

Indonesia perlu belajar banyak dari Palestina. Oleh oleh dari Palestina itu pula yang coba disebarkan ke mata dunia. Sebab Palestina-Israel bukanlan konflik agama melainkan kekuasaan dan okupasi.(PRISKA BIRAHY)

No More Posts Available.

No more pages to load.