TERASMALUKU.COM,-AMBON-Hasil penelitian mahasiswa dan dosen acap kali berakhir pada gagasan dan tumpukan kertas. Padahal potensi bisnis praktis bisa didapat bila hasil tadi dikembangkan secara tepat dan berkesinambungan. Di era ini semua hal dinilai dari efisiensi, praktis dan efektifitas.Dunia bisnis membutuhkan cara cara baru yang cepat dan akurat untuk melebarkan sayap.
Para akademisi salah satunya yang memiliki shortcut pengemabngan bisnins dari hasil penelitian. Tak sedikit yang punya potensi besar untuk hal itu. Kemenristekdikti melalui Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan DIKTI mengagas Inkubator Bisnis Teknologi yang bekerjasama dengan berbagai lembaga. Kali ini Kemenristekdikti mulai menjajaki kerjasama dengan perguruan tinggi di Ambon. Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon menjadi yang pertama dari kawasan Timur Indonesia yang bakal mengembangkan inkubator ini.
Sasaran pengembangan dilihat dari hasil penelitian mahasiswa maupun dosen yang berpotensi dan punya nilai ekonomis tinggi.“Ini baru pertama di Ambon dan baru memulai bersama. Ada banyak potensi dari hasil penelitian,” ujar Qiqi Asmara dari Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan DIKTI dalam kunjungannya di Kampus Unpatti Kamis (6/9/2018) siang.
Dia merinci inkubator ini berperan sebagai fasilitator bagi pengguna dan pengembang teknologi. Komersialisasi hasil riset perguruan tinggi atau lembaga yang selama ini hanya jadi laporan dan tulisan akademik. Dari satu Perguruan Tinggi (PT) saja ada ratusan hasil penelitian yang bisa dikembangkan lebih jauh.
Untuk itu pihaknya melalui program inkubator ini akan memfasilitasi para peneliti dengan pemodal, pasar atau pihak terkait untuk memanfaatkan teknologi baru yang dapat dikomersialisasikan dan bernilai ekonomis. Lebih jauh Qiqi menjelaskan secara sederhana, inkubator berperan membantu calon pengusaha jadi pengusaha. Namun tentu dengan menimbang berbagai aspek.
Misalnya penerimaan pasar, nilai komersil atau nilai tambah. Dia menyontoh program inkubator yang berhasil seperti hasil penelitian minyak atsiri. Selama ini penggunaannya ada pada skal kecil. Melalui inkubator tersebut akan dicarikan teknologi terbaru dalam proses pengolahan atau penghematan waktu penyulingan. Contoh lain teknologi baru pengalengan ikan. Bisnis pengawetan makanan jadi salah satu pendapatan besar jika dikelola dengan tepat.
Menurut Qiqi selain mencari teknologi terbaru,pengusaha atau tenan pun dapat dicarikan pasar dan pemodal untuk usahanya. “Selama ini kan ada yang terkendala di pasar. Nah kita carikan pasar atau pemodal untuk dia. Jadi semua bidang terlibat di situ. Mereka di fasilitas,” lanjut Wakil Sekretaris Perhimpunan Insinyur Indonesia (PII).
Saat ini sudah ada sekitar 200 inkubator yang melibatkan Litbang, lembaga pemerintahan juga perguruan tinggi. Inkubator ini, lanjut Qiqi juga terbuka dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat biasa. Mereka yang memiliki ide atau sudah berjalan usahanya dapat mengikuti inkubator yang saat ini akan dibangun di Unpatti itu.
Pada pertemuan awal bersama pemimpin Unpatti, Qiqi bersama tim dari Jakarta ingin memastikan keseriusan pendirian inkubator bisnis teknologi tersebut. Komitmen pimpinan PT, saran dan prasarana seperti ruangan yang akan dipakai calon tenan atau pengusaha. Proses produksi juga fasilitas dan pendampingan akan dijalankan bersama. (Priska Birahy)