Momen Hijriyah Oleh : Rudy Rahabeat Pendeta Gereja Protestan Maluku

oleh
oleh
Pendeta Rudy Rahabeat

PERTAMA sekali ijinkan saya mengucapkan Selamat Memaknai Tahun Baru Hijriyah buat saudara dan sahabatku umat Muslim di seluruh tanah air. Ucapan ini lahir dari lubuk hati yang terdalam, sembari menyadari betapa rapuh kita sebagai insan di hadapan Tuhan Sang Pengasih. Betapa kita adalah sesama manusia, yang bagai musafir mengelana di dunia yang tidak tetap ini, sebab agama-agama mengajarkan kita tentang kehidupan di dunia seberang. Bahwa kita tak pernah abadi.

TRANSFORMASI DIRI

Momen keagamaan adalah kesempatan perenungan untuk sebuah transformasi. Sebelum kita melangkah keluar, maka betulkan dulu diri sendiri. Sebab sering kita tergoda melihat ke luar tanpa menengok ke dalam bathin kita. Momen Hijriyah bagi saya, adalah momen transformasi diri, berpindah dari diri yang lama ke diri yang baru. Dari cara pandang yang lama ke cara pandang baru, dari tindakan lama ke tindakan baru.

Momen keagamaan merupakan kesempatan untuk bertanya kepada diri sendiri. Apakah yang sudah kita perbuat kepada diri ini. Apakah kita sudah cukup memberi waktu untuk diri ini istirahat. Atau siang malam terus bekerja tanpa jeda? Atau merusaknya dengan miras dan narkoba, Apakah diri ini dimaknai bukan hanya sesuatu yang fisik tapi juga rohani? Dengan begitu, ruang di hati dan kalbu juga diisi dengan hal-hal yang mulia. Tak hanya mengejar kepuasan jasmanih dan mengabaikan yang rohani. Atau sebaliknya, terlalu rohaniah dan lupa bahwa tubuh jasmani juga perlu diperhatikan.

Momen keagamaan menjadi kesempatan untuk memastikan bahwa diri ini mengalami pergeseran ke arah yang lebih baik. Diri ini terbuka untuk dikritik dan diajari tentang satu kebenaran bahwa di atas langit masih ada langit. Agar diri ini tidak takabur, tidak sombong dan lupa diri. Tapi rendah hati, penuh kasih dan saling memberi dan menerima.

TRANSFORMASI SOSIAL

Agama bukan hanya urusan diri (self) tapi ia juga merangkul yang sosial. Maka relasi antar-pribadi menjadi penting. Relasi yang melintasi diri, agama, gender, suku, ras dan status sosial. Di dalam agama, relasi setara terbangun. Yang kaya dan miskin sama harkatnya di hadapan Tuhan. Yang kuat tak boleh menghina yang lemah. Sebaliknya, mesti saling menopang dan melengkapi. Agar hidup bersama makin menjadi lebih baik. Sebab kedamaian akan ditemui ketika kita terlepas dari ego sendiri dan menjadi berarti bagi sesame.

Momen Hijriyah menjadi kesempatan untuk transformasi sosial. Mengambil bagian dari derita umat manusia. Berprakarsa dan belarasa dengan mereka yang kena bencana, menderita dan berduka. Tidak hanya mencari kenyamanan sendiri. Melainkan rela berkorban untuk kebaikan bersama. Rela meninggalkan kenyamanan demi membuat orang lain merasa nyaman. Transformasi sosial perlu terjadi, kalau tidak apalah arti agama-agama bagi kehidupan sosial?

Perlu juga melangkah lebih jauh. Berani melawan struktur-struktur yang tidak adil dan menindas. Berani menyatakan kebenaran dan membela keadilan. Tidak memihak kepada kekuasaan yang lalim, tidak bersekongkol dengan kejahatan. Berani berdiri dan berpihak bersama orang-orang yang dibungkam, yang terbuang dan dianggap sampah. Solidaritas untuk perdamaian dan kesejahteraan harus terus digemakan dan diaktakan. Supaya hidup bersama tidak dibalut kepalsuan apalagi kemasiaan. Agama sejati selalu berpihak kepada keadilan dan kebenaran serta kebaikan bersama

Selamat Tahun Baru Hijriyah. Selamat Hidup Baru demi sebuah masa depan bersama yang adil, damai dan sejahtera ! (RR).

No More Posts Available.

No more pages to load.