TERASMALUKU.COM,-AMBON-Pulau Seram dan Buru, dua pulau besar di Maluku penghasil beras. Di Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur serta sebagian daerah transmigrasi Buru, hamparan persawahan hijau menjadi lumbung padi di Maluku.
Sayangnya masih saja ada stigma bahwa beras lokal atau daerah berkualitas buruk. Beras kotor, pecah, kecil, dan tidak putih menjadi alasan sebagian orang untuk tidak memilih mengonsumsi beras asal Maluku sendiri. Tapi tahukah anda, justru beras produk lokallah yang baik dibandingkan beras impor.
Hal itu disampaikan Hans Talahatu, Kepala Seksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Provinsi Maluku kepada Terasmaluku.com, Jumat (28/9/2018) siang. “Kualitas beras di sana (Seram, Buru) sudah terbukti baik. Kualitasnya medium sampai premium,” ungkapnya. Bulir-bulir beras milik petani Maluku punya tingkat patahan yang kecil. Berasnya memiliki aroma yang wangi dan bersih.
Dia menjelaskan, beras yang diimpor atau didatangkan dari luar daerah cenderung berada lebih lama di gudang. Atau jarak masa panen dan konsumsi yang cukup jauh. Kualitas, berbau, serta ada hewan kecil di dalamnya. Tak hanya itu banyak juga ditemui praktik pemutihan beras yang berhasil ditangkap pihak kepolisian.
Nah lain halnya dengan beras lokal atau asal daerah sendiri. Masyarakat mendapat beras yang baru dipanen langsung oleh petani di Pulau Buru dan Pulau Seram. Kualitasnya tetap terjaga. Beras juga tidak diinapkan lama di dalam gudang. Usai panen, padi digiling lalu dikemas untuk dijual. Hal itulah yang acap kali salah dimengerti masyarakat.
Hasil beras dari dua pulau itu dipasarkan di Maluku hingga ke Papua. Terdapat dua merek beras yang made in Maluku. Yakni beras Anggur asal Seram dan Bupolo asal Buru. “Dua merek beras asal Maluku ini kualitasnya bagus dan banyak suka. Bahkan saat belanja ada ibu-ibu yang sarankan saya beli merek itu,” cerita Hans.
Beras bermerek dagang Bupolo asal Buru, salah satu yang terbaik. Memang penyebarannya tidak terlalu banyak di Kota Ambon. Namun dari pantauan Hans, beras jenis ini dijual di salah satu pusat belanja di daerah Lata Kecamatan Baguala. Bahkan beras ini jadi incaran ibu rumah tangga.
Kasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil, Christin Tuhuteru membenarkan hal itu.“Memang baru dua merek beras asal Maluku berkualitas premium. Sisanya itu dijual ke Papua atau di daerah penghasilnya,” terang dia. Pihaknya mengakui lemahnya pemantauan dan dukungan bagi para petani. Alhasil usai panen banyak yang menjual beras ke luar Pulau Maluku.
Seperti di Papua mengingat biaya transportasi Seram ke Papua lebih ringan dibandingkan ke Ambon. Tak hanya itu, dari petani binaannya, mengeluhkan soal modal. Untuk membuat mereka perlu modal beras. Seperti untuk biaya cetak serta mesin pembuat karung. Kini pihaknya tengah mengupayakan pengadaan mesin pembuat karung agar para petani bisa mengemas berasnyanya sendiri. (PRISKA BIRAHY)