Anak Muda Ambon Beri Dukungan Buat PASIGLA Lewat Pentas Kaya Seni di Taman Kota

oleh
oleh
Salah satu penampil, Theodora Melsasail pada Charity Night Katong Voor Palu yang digagas Paparisa Ambon Bergerak dan didukung sejumlah musisi, penyair, perupa kota di Taman Pattimura Rabu (10/10)

TERASMALUKU- Ambon,Kepedihan dan kesusahan warga di PASIGALA sama dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Dukungan terus berdatangan dari berbagai penjuru negeri. Salah satunya Ambon Maluku. Komunitas anak muda menggelar malam donasi untuk sodara-sodara yang ada di Sulawesi Tengah.

Paparisa Ambon Bergerak (PAB) selaku penyelenggara mengajak warga kota berdonasi dengan konsep yag berbeda. Malam penggalangan dana itu juga didukung oleh sejumlah anak muda musisi, penyair, perupa di Kota Ambon.

Berhiaskan lampu taman dekorasi rustik bersahaja, warga kota yang ada di area Taman Pattimura itu menikmati malam donasi. Sajian musik asik lintas genre, pembacaan puisi, hingga monolog menari malam itu jadi tampilan menarik.Warga yang datang berbondong duduk lesehaan di sekitar taman sambil tak lupa berdonasi.

Mark Ufie koordinator Charity Night ‘Katong Voor Palu’ itu mengatakan kegiatan itu sebagai bentuk empati dan dukungan besar untuk pemulihan warga di Palu. “Apa yang terjadi di Palu juga dirasakan oleh katong. Ada banyak cara, tapi yang bisa katong lakukan lewat berdonasi melalui seni,” jelasnya usai acara penggalan dana Rabu Malam (10/10).

PAB yang menjadi ruang bersama bagi komunitas seni kreatif itu merasa terpanggil untuk mengerjakan hal kemanusiaan. Menurut Mark, yang bisa dilakukan pihaknya yakni berbagi melalui karya yang dimiliki anak muda. Pesan-pesan damai, kebersamaan dan dukungan dalam lirik lagu juga musik berhasil menggugah warga yang datang di acara itu.

Beberapa penampil yang hadir seperti, Mario Marthen, Revy CN9, Grace Huwae, Tahury Family Gathering. Ada juga Felish CHC, East 21 Hiphop, SVNGSVKA, Zul Karepesina. Tak hanya itu malam dana juga diisi penyair dan penulis Eko Saputra Poceratu, anak-anak dari Sastra Pahanasa, Hikayat Tana Hitu.

BACA JUGA :  Belum Berjualan, Pedagang Desakan Walikota Turun Liat Kondisi Pasar Apung

Tak ketinggalan perupa Theizar Saiya yang memamerkan karya dokumentasi sketsa wajah korban tsunami Ambon. Dia juga bercerita tentang tsunami pada 8 Oktober 1950 yang melanda Galala, Hative dan Hutumuri dari sudut pandang para korban selamat. Beberapa penampil, musisi dan penyair juga ada yang belum sempat tampil membawakan dukungan mereka lantaran lampu taman kota itu padam.

Warga yang hadir pun hanyut dan ikut bernyanyi bersama. Ada pula yang tersentuh dengan pentas monolog menari tenang korban tsunami yang mencari anggota keluarganya. Theodora Melsasil dan Berlendah Florenza Lalaar.berkolaborasi dalam suguhan aksi teatrikal tarian yang dalam.

Menurut Mark, dirinya memilih kemasan yang lebih menarik untuk menyatakan dukungan kepada korban bencana. Pada kesempatan itu warga kota juga diedukasi perihal kebencanaan dan mitigasi. “Penting untuk membantu tapi lebih penting lagi katong juga teredukasi soal mitigasi bencana,” imbuh pria yang juga musisi hiphop itu.

Di malam dana itu, hadir pula pihak BMKG dan relawan TAGANA. Kepala seksi observasi BMKG Lutfi Pary berbagi tentang kesadaran mengenali gempa yang berpotensi tsunami serta tanggap hoax bencana. “tidak semua gempa itu potensi tsunami. Kita harus tahu gempa seperti apa, supaya lebih waspada dan tidak panik,” jelas dia.

Saat terjadi bencana, mayoritas orang akan panik. Namun amat penting untuk bertahan dan memastikan diri tetap aman di suatu tempat. Yakni dengan mengenali tanda-tanda serta menepis kabar hoax yang beredar. Menurutnya bila terjadi gempa, warga bakal menerima informasi di telepen selular. Pesan resmi itulah yang harus menjadi acuan dan sumber informasi.

Selain itu pihak TAGANA atau taruna siaga bencana juga membagi cerita tentang pengalaman menolong korban saat bencana. Tim TAGANA juga membantu korban memulihkan trauma akibat bencana. Hasil penggalangan dana itu bakal disalurkan kepada korban melalui lembaga kemanusiaan ACT.ID (Aksi Cepat Tanggap).(ika)

No More Posts Available.

No more pages to load.