TERASMALUKU.COM,-AMBON-Dua orang pria berpakian adat khas Buru menggunakan parang terlibat cakalele, tarian khas Pulau Buru. Gerakan kaki dan tangan kedua pemuda yang menggenakan lestari di kepalanya ini mengikuti pukulan tifa yang dimainkan tiga orang pemuda Buru lainnya. Kedua penari ini tidak sampai saling serang, dan berpelukan setelah tarian selesai.
Itulah pertujukan tarian Cakalele mengawali Karnaval Budaya Nusantara 2018 di Simpang Lima Kota Namlea Ibukota Kabupaten Buru, Jumat (12/10/2018) sore. Karnaval Budaya Nusantara ini dilepas Bupati Buru Ramly Umasugi. Kegiatan ini merupakan agenda Dinas Pariwisata Kabupaten Buru dalam rangkaian Festival Pesona Bupolo III memperingati HUT Kabupaten Buru ke 19 pada 12 Oktober 2018.
Karnaval Budaya Nusantara ini berlangsung meriah. Ada puluhan peserta dari berbagai masyarakat adat, etnis, organisasi paguyuban, perwakilan instansi pemerintah, dan siswa siswi sekolah di daerah itu ikut meramaikan Karnaval Budaya Nusantara. Mereka menampilkan beragam budaya, pakian adat, musik serta tarian khas dalam karnaval ini. Peserta juga menggunakan replika kendaraan hias daerah masing-masing. Di jalan-jalan yang dilalui, warga menyambut peserta karnaval ini.
Tiap peserta diberikan kesempatan menujukan kebolehan mereka dihadapan Bupati Buru yang didampingi istrinya, Wakil Bupati, Amustofa Besan, Kapolres Buru AKBP Aditya Budhi Satrio, Sekda Buru, Ahmad Assagaff, dan udangan lainnya di depan panggung kehormatan Simpang Lima. Peserta melewati sejumlah ruas jalan utama di Kota Namlea, dan finish di Pantai Merah Putih Namlea.
Bupati Ramly Umasugi mengungkapkan, karnaval atau kirab budaya nusantara ini merupakan bukti nyata kebersamaan hidup masyarakat di Kabupaten Buru yang terus terjaga. Bupati mengatakan, daerahnya hidup rukun masyarakat dari berbagai suku, agama, ras, golongan dan budaya. Buru menurutnya menjadi wajah Indonesia yang berbhineka tunggal ika yang harus dirawat bersama.
“Dengan karnaval budaya dari beragam latar belakang suku, adat istiadat ini menjadi modal dan kekuatan kita untuk percepatan kemajuan pembangunan. Dengan perbedaan yang kita miliki ini menjadi pesona, ini adalah wajah Indonesia kita, ini wajah kebhinekaan kita yang harus kita rawat dan jaga bersama,” kata Bupati.
Karnaval budaya nusantara di Buru ini dipantau langsung Kementerian Pariwisata. Kepala Bidang Wilayah IV Maluku-Maluku Utara-Papua-Papua Barat dan PNG Asdep Regional III Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata RI,Syukurni mengatakan, karnaval budaya nusantara sebagai ajang pelestarian budaya daerah, ajang mempererat perbedaan keberagaman harmonisasi suku,agama,etnis dan persudaraan, budaya yang pada ujungnya untuk keutuhan NKRI. “Selain itu karnaval budaya nusantara juga sebagai ajang promosi pariwisata yang merupakan daya tarik portofolio produk wisata Kabupaten Buru yang siap dijual kepada wisman/mancanegara,” kata Syukurni.
Ia mengatakan sejak ditetapkan program nawa cita oleh Presiden Joko Widodo, sektor pariwisata menjadi sektor penggerak ekonomi. Karena berdampak langsung dan tidak langsung terhadap peningkatan PDB, PAD, peningkatan tenaga kerja. “Coba anda lihat sendiri, warga yang ikut karnaval dan menyaksikan karnaval budaya ini kan pasti butuh makan dan minum, dan itu memiliki dampak ekonomi secara langsung. Belum lagi kebutuhan lainnya yang harus dipenuhi dalam kegiatan ini,” katanya. (ADI)