TERASMALUKU.COM-Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) menggelar peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Masohi ke-61 Tahun 2018 di Lapangan Nusantara Masohi, Sabtu (3/11/2018). Perayaan yang dipimpin langsung Bupati Malteng Tuasikal Abua berlangsung khidmat. Sayangnya, sejarah terbentuknya Kota Masohi, Ibukota Kabupaten Malteng ini tidak dibacakan.
Dari napak tilas, publik akan mengetahui eksistensinya baik daerah maupun masyarakat. Selain itu, napak tilas Kota Masohi memiliki nilai sejarah dan edukasi tentang masa lalu, hari ini dan akan datang. Proses pencetusan hingga deklarasi Kota Masohi tidak dibacakan dalam momentum HUT tahun ini. Hal itu memicu tanya sejumlah warga maupun tamu undangan. “Biasanya dibaca, sekarang tidak ada,”kata salah seorang undangan yang meminta namanya tidak diwartakan.
Ia mengaku heran tidak dibacakannya napak tilas Kota Masohi itu. Hal itu menurutnya, merupakan upaya pengkaburan sejarah pembentukan Kota Masohi. “Perlu dibaca pada setiap HUT Kota Masohi, kalau perlu dimasukan ke dalam kurikulum sekolah,” ujar pria ini. Sehingga publik Malteng maupun tamu dari daerah lain mengetahui proses terbentuknya Kota Masohi itu. “Kepedan harus dibaca agar publik tidak lupa sejarah,” tegas dia.
Sesuai arsip yang diperoleh media ini, nama Masohi pertama kali dicetuskan Presiden RI Soekarno, usai meletakan batu pertama, tanggal 3 Nopember 1957. Soekarno bertanya kepada sejumlah stakeholder yang ikut meletakan batu pertama tentang arti “Gotong Rotong.” Mereka lantas menjawab “Masohi.” Diatas dataran bernama Namma itulah, Soekarno mendeklarasikan dataran itu bernama Kota Masohi, ibukota daerah tingkat II Maluku Selatan.
Maluku Selatan kemudian berganti menjadi Malteng, lantaran memiliki kemiripan dengan organisasi Republik Maluku Selatan. Abdullah Soulissa diserahi tugas sebagai kepala daerah swatantra tingkat II. Ihwal pembangunan Kota Masohi ini, dialokasikan anggaran sebesar Rp 15 juta untuk pembangunan inprastruktur dan sejumlah kantor pemerintah.(CAP)