TERASMALUKU.COM – Puluhan siswa SD menyerbu Tribun Lapangan Merdeka Ambon. Berbekal buku pena dan rasa penasaran mereka mencatat cerita jajak Jepang di Maluku hingga kemerdekaan Indonesia pada Pameran Bersama ‘Sejarah dan Kebudayaan’.
Perjalanan Jepang menduduki Maluku ditampilkan dalam spanduk sepanjang sekitar 15 meter di Tribun Lapangan Merdeka. Di situ juga dimasukann foto-foto tentara Jepang, kendaraan militer hingga sumur tua tempat persembunyian Jepang dulu.
Ada juga beberapa benda peninggalan lain seperti samurai dan parang yang digunakan untuk menebas Komandan Nagasawa di Desa Fakal Kecamatan Leksula Kabupaten Buru Selatan.
Benda-benda itu merupakan koleksi Museum Siwalima Ambon yang dihadirkan dalam pameran bersama yang berlangsung pada 6 – 9 November mendatang. “Barang-barang ini dari katong di museum untuk menunjang cerita tentang jejak Jepang di Maluku,” kata Jean Saiya Kepala Museum Siwalima Ambon sambil mengarahkan sejumlah siswa SD dia area pamer.
Pameran yang diinisiasi oleh Museum Perumusan Naskah Proklamasi Jakarta itu menampilkan jejak kedatangan Jepang ke beberapa daerah. Mulai dari Namlea Pulau Buru, Pulau Babar Kabupaten Maluku Barat Daya, dan Tanimbar Kepulauan Tanimbar berikut peninggalannya yang bisa dijumpai. Menurut Jean pameran tersebut untuk mendekatkan lagi masyarakat kota dengan sejarah daerah.
Benda-benda lain yang ada di situ yakni alat musik khas Maluku. “Ambon kan akan menuju kota musik makanya katong hadirkan alat alat musik jaman dulu yang mungkin banyak belum tahu,” terang Jean yang sebelumnya menjabat kepala museum era 2011 hingga 2016. Beberapa yang dipamerkan antara lain suling paruh, suling melintang, arababu, jukulele, tahuri bia, tifa dan totobuang.
Firman Nur Chaliq, Preparator Museum Naskah Proklamasi Jakarta mengatakan pameran bersama itu sebagai agenda rutin yang diadakan di daerah. “Kebetulan kali ini di Maluku. Kita angkat soal Jepang karena datang sebelum merdeka dan punya banyak jejak di sini,” jelasnya kepada Terasmaluku.com di sela-sela pameran siang tadi (6/11).
Untuk pameran tersebut, pihaknya bekerjasama dengan tiga instansi di Maluku. Yakni Museum Siwalima, Balai Arkeologi Maluku dan Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku. Menurutnya pameran menjadi hal penting dan alat pembelajaran bagi generasi muda.
Salah satunya cerita tentang napak tilas Jepang dan kondisi Maluku kala itu serta propaganda hingga pembantaian warga besar-besaran di Pulau Babar. “Saya paling suka pameran di daerah. Selain cerita sejarah antusias dan apresiasi warga lebih besar dibanding di Jakarta,” akunya.
Untuk menarik perhatian, pihkanya membuat cara baru dan unik dalam mempelajari sejarah. Yaitu pengunjung tinggal memindai gambar melalui aplikasi digital di hape. Seketika akan muncul proyek augmented reality (AR) yang bersuara. Dia berharap hal itu mampu menarik atensi warga kota untuk datang menikmati cerita dengan cara yang asyik. (PRISKA BIRAHY)