Pengunjung Bisa Foto Dengan Baju Adat Maluku Tahun Depan

oleh
Museum Siwalima Ambon berencana menambah koleksi pakaian adat dari delapan provins yang belum masuk ruang damer serta mengganti beberapa pakaian. Tahun depan juga dijadwalkan akan ada spot foto baru agar pengunjung bisa berfoto dengan pakaian adat khas Maluku. FOTO: PRISKA BIRAHY

TERASMALUKU.COM – Tahun depan Museum Siwlama Ambon punya fasilitas baru. Yakni tempat berfoto dengan pakaian adat Maluku. Inovasi itu tidak lain untuk menarik perhatian dan minat pengunjung.

Kepala Museum Siwalima Ambon Jean Saiya menyebut upaya itu sebagai terobosan baru untuk menarik pengunjung. Jean mengakui ide tempat berfoto itu justru datang dari pengunjung. “Banyak yang datang dan tanya kenapa tidak ada tempat foto dengan baju daerah. Mereka sendiri memang mau ada semacam itu,” ungkap Jean kepada Terasmaluku.com saat pameran sejarah dan budaya di Lapangan Merdeka beberapa waktu lalu.

Usulan itu disambut baik olehnya. Jean berencana membangun spot foto tahun depan. Masukan dari para pengunjung itu dinilai Jean sebagia sesuatu yang berbeda dan menarik. Kepada wartawan dia menjelaskan, pakaian daerah di Maluku itu beragam. Beda pulau dan kabupaten beda pula detil dan jenis pakaiannya.

Hal itu dapat memperkaya koleksi baju pada spot berfoto di sana. “Orang dari luar tertarik. Mereka juga skalian belajar dengan liat katong pung baju-baju daerah. Baju di Ambon dan Tanimbar saja su beda,” terangnya.

Konsep foto akan dibentuk seperti puade atau tempat duduk pengantin Maluku. Pengunjung yang mau berfoto tinggal mengenakan pakaian adat lalu duduk dan berfoto di puade layaknya pengantin asal Maluku.

Untuk itu, lanjut Jean anggaran yang disiapkan berkisar Rp 50 – 60 juta. Sambil menunggu pencairan anggaran tahun depan, pihak museum tengah mengajukan usulan besaran retribusi ke biro hukum. “Kita sudah usulkan ke biro hukum. Kira-kira untuk foto dengan kamera hape  Rp 2.000, kamera profesional Rp 15.000 dan rekam video Rp 25.000,” ujarnya.

Di lain sisi, pihak museum juga bakal lakukan pengadaan baju daerah dan mengganti beberapa yang sudah lama. Pasalnya pakaian daerah koleksi museum baru ada 26 pasang dari 26 provinsi di Indonesia. Itupun ada sejak 1990 dan belum ada pergantian item baru.

BACA JUGA :  50 kali Beraksi, Maling di Ambon Ini Akhirnya Ditangkap Polisi
Salah satu pakaian pengantin asal Maluku pada ruang pamer museum.

Sementara beberapa pakaian adat daerah ada yang berubah. Mulai dari kelengkapan pakaian, aksesoris, hingga ukuran baju. Beberapa pengunjung luar kota pun sering memberikan kritik dan masukan soal pakaian daerah koleksi museum.

“Su banyak yang datang dan bilang soal pakaian itu. Katanya yang dipajang itu model lama samua,” aku Josep Silooy, petugas di ruang pamer pakaian adat pagi tadi (13/11). Seperti bahan pakaian adat Papua misalnya bukan dari bahan tekstil, melainkan dari kulit kayu ayang alami. Ada juga ukuran lengan baju pakaian adat Sulawesi tenggara yang tak lagi panjang hingga ke pergelangan tangan.

Josep mengaku keterbatasan anggaran menyulitkan pihaknya untuk bekerja lebih jauh.“Kalau sebelumnya katong ada di bawah pusat bisa lebih cepat. Sekarang sudah otonomi daerah jadi di bawah gubernur,” sebut pria yang sudah empat tahun bertugas di bagian edukasi museum itu.

Anggaran yang tak mencukupi amat berpengaruh pada pengembangan suatu lembaga. Musem yang diharapakan dapat menjaga sejarah dan budaya juga sarana edukasi tak bisa banyak berbenah. Bisa jadi akan sulit menambah koleksi museum, penelitian benda-benda sejarah hingga perluasan area. (PRISKA BIRAHY)

 

 

No More Posts Available.

No more pages to load.