PADA prinsipnya kita Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan tujuan yang paling mendasar yakni sebagai makhluk sosial, sebagai hamba, dan juga sebagai khalifah atau pemimpin. Tujuan diciptakannya manusia ini sekaligus menjadi tugas dan kewajiban kita, sebagai makhluk sosial artinya harus ada hubungan dan interaksi antara sesama manusia yang dibangun, sebagai hamba artinya selalu tunduk dan patuh terhadap Tuhan sang pencipta, sebagai khalifah artinya manusia itu harus menjadi pemimpin di muka bumi diantara makhluk Tuhan yang lain.
Penjelasan manusia diciptakan sebagai khalifa ini secara jelas bisa kita lihat pada Q.S. Al-Baqarah : 30, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. “mereka berkata :” Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akn membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami enantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman : ”sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Saiful Falah katakan “Gelar khalifah yang diberikan Tuhan kepada manusia merupakan sebuah pertanda nyata tentang pentingnya jiwa kepemimpinan dalam diri manusia”. Pemimpin adalah seseorang yang memimpin orang banyak. Sedangkan Kepemimpinan adalah merupakan pesona pribadi dalam rangka mempengaruhi orang lain, baik perorangan maupun kelompok untuk mencapai tujuan. (Saiful Falah, 2012: 17). Futuristik adalah berbicara tentang masa depan. Kemimpinan futuristik adalah upaya seorang pemimpin untuk mencapai tujuan masa depan. Masa depan untuk umat, bangsa dan negara.
Membahas tentang Nabi Muhammad SAW dan perjalanan hidup beliau akan sangat panjang ceritanya, namun yang jelas Nabi Muhammad SAW yang merupakan nabi akhir zaman ini adalah seorang pemimpin yang wajib dijadikan tauladan pemimpin saat ini, mulai dari perkataan dan tindakannya serta sikap dan sifatnya yang hanya mengandung kebaikan, kebaikan dan kebaikan adalah contoh bagaimana menjadi pemimpin masa depan. Hal ini sejalan dengan Q.S. Al-Azhab : 21, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullulah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang mengaharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
Sebagai seorang pemimpin, Nabi Muhammad SAW mempunyai beberapa sifat yang sangat ideal yang mestinya semua pemimpin terapkan dalam menjalan tugas kepemimpinannya, yaitu: Shidiq (jujur), Amanah (terpercaya), Tabligh (komunikatif) dan Fathanah (cerdas). Shidiq artinya jujur dalam perkataan dan perbuatan, amanah artinya dapat dipercaya dalam menjaga tanggung jawab, tabligh artinya menyampaikan segala macam kebaikan kepada rakyatnya, dan fathanah artinya cerdas dalam mengelola masyarakat. Inilah sifat Nabi Muhammad SAW yang selalu beliau terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Sejarah harus kemudian mengakui kualitas dari seorang Muhammad saw sebagai pemimpin umat islam yang sudah berhasil mengantarkan islam pada masa kejayaannya dan beliau pantas dijadikan panutan bukan hanya untuk umat islam saja tapi untuk seluruh umat karena beliau hadir tanpa ada sedikitpun kekurangan sebagai seorang manusia biasa. Sehingga refleksi panjangpun harus dilakukan demi melawan lupa itu sendiri. Kita tidak boleh lupa kalau Muhammad SAW berkat keberanian dan kecerdasannya sebagai pemimpin umat mampu membawa umatnya pada saat itu keluar dari zaman yang jahiliah menuju zaman pencerahan.
Jadi, sangat wajar kalau seorang Michael H. Hart seorang sejarahwan dan ilmuwan AstroFisika asal Amerika Serikat yang beragama non-Islam menerbitkan buku yang diberi judul The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History (100 tokoh paling berpengaruh dalam sejarah dunia) menempatkan Muhammad SAW pada peringkat satu dan penempatan itu bukan tanpa alasan, tentu penulis mempunyai alasan.
Michael H. Hart berpendapat bahwa Muhammad SAW adalah satu-satunya pemimpin agama yang tidak hanya menjadi panutan dalam hal agama namun juga merupakan pemimpin negara, militer, meletakkan dasar ekonomi dan budaya. Walaupun penempatan Muhammad saw pada peringkat pertama oleh Hart dalam buku ini masih banyak menuai pro dan kontra, namun itulah alasan yang paling rasional
Dalam buku itu Hart menulis “Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi. Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar”.
Disisi lain, mengenai kejayaan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin umat dan negara, kita tidak boleh terlena dengan kejayaan itu. Tugas kita sebagai pemimpin masa sekarang hanya menjadikan Nabi Muhammad sebagai suri teladan untuk menjadikan diri kita sebagai pemimpin-pemimpin masa depan, pemimpin yang futuristik. Dan momentum Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi kesempatan yang tepat untuk melakukan refleksi itu. Sebab, satu hal yang mestinya dipahami bahwa regenarasi itu perlu dalam setiap pergantian zaman ke zaman. Era sekarang sangat membutuhkan pemimpin yang demikian.
Hemat saya, dari proses kajian secara pribadi dan melewati diskursus tentang kepemimpinan dan dengan melihat perkembangan zaman yang semakin kompleks ini, kita, manusia sebagai representasi dari apa yang dimaksud sebagai khalifah atau pemimpin juga dituntut untuk berperan dengan sebaik mungkin menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang serba modern ini. Olehnya itu membutuhkan sosok pemimpin yang mempunyai sikap kepemimpinan futuristik itu.
Dalam perspektif saya, ada beberapa pendekatan dalam upaya mewujudkan pemimpin futuristik dengan beberapa indikator, diantaranya;
Pertama, Pemimpin Berkarakter. Berkarakter itu sangat dibutuhkan untuk seorang pemimpin karena karakter adalah merupakan manifestasi dari dalam dirinya, identitasnya, sikapnya untuk membedakannya dengan yang lain. Pemimpin berkarakter adalah pemimpin yang selalu mengedepankan etika dalam menjalankan tugasnya dalam memimpin.
Kedua, Pemimpin Visioner. Pemimpin visioner merupakan pemimpin yang selalu mempunyai tujuan-tujuan dan alasan untuk menjadi pemimpin. Pemimpin visioner juga selalu berpikir untuk merumuskan tujuannya untuk apa yang dia pimpin baik untuk masyarakat, bangsa dan negaranya. Dan tentu tujuan atau visinya itu demi mencapai masa depan yang lebih baik. Tanpa pemimpin yang visioner, yang terjadi adalah kemunduran dan keterpurukan.
Ketiga, Pemimpin Ideologis. Pemimpin ideologis pikirannya akan selalu hidup dan berkembang. Otaknya selalu dipenuhi dengan gagasan yang brilian dan mempunyai visi yang tinggi. Pemimpin ideologis mampu merumuskan semua gagasan serta visi itu secara tepat dan dapat menyajikan kepada mereka yang mengikutinya dengan cara yang mengikat. Pemimpin selalu disegani karena karakter dan kepribadiannya. Pemimpin ideologis juga juga selalu mendedikasikan hidupnya untuk proses terciptanya perubahan sosial yang lebih baik. Ia rela berjuang dan bahkan berkorban untuk menggapai tujuan-tujuan itu.
Keempat, Pemimpin idealis. Pemimpin idealis adalah pemimpin yang mengedepankan kebenaran, dia mampu membedakan mana yang benar dan yang salah, ketika benar dia katakan itu benar dan ketika salah dia katakan itu salah, bukan sebaliknya. Karena sesungguhnya idealis adalah cenderung pada kebenaran (hanief) Pemimpin yang idealis akan selalu melawan ketidakadilan.
Inilah poin-poin terpenting yang sangat diharapkan melekat pada diri seorang pemimpin saat ini dan inilah yang dinamakan pemimpin futuristik, pemimpin yang selalu memikirkan masa depan bangsa dan negaranya, bukan pemimpin yang memiliki budaya korup, kolusi, anti publik, nepotis, elitis yang hanya bisa membuat bangsa dan negara menjadi hancur.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya kepemimpinannya. Pemimpin negara yang berkuasa atas manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang lelaki/suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Wanita/istri adalah pemimpin terhadap rumah tangga dan anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka. Budak adalah seorang pemimpin terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. (HR. Bukhrari dan Muslim). Penulis Adalah Mahasiswa Unidar Ambon