TERASMALUKU.COM – Untuk kali pertama, para petani turun ke kota dan menjual langsung hasil kebun mereka. Berbagai jenis sayur dan buah organik, makanan olahan sehat, hingga tepung sagu dijual pada Amboina Farmers Market (AFM) Sabtu (15/12).
Ada lebih dari tujuh kelompok tani di Pulau Ambon yang terlibat dalam kegiatan itu. Seperti dari kelompok petani di Taeno, Hunut, Tulehu, Waai, Tial, Airlow, Eri, Kayu Putih dan Soya Toisapu. Mereka membawa semua hasil terbaik, dari kebun yang dikelola mandiri secara bersama-sama. Ada sawi, bayam, kangkung, petsai, bunga kol, daun bawang, seledri, cabai, ubi hingga buah pepaya dan salak.

Yang menjadi unggulan dalam pasar itu yakni sayuran organik dan hidroponik. “Sayur yang jadi ikon adalah sayur sehat, yag ditanam secara sehat tanpa pestisida sintetik,” ujar Weldemina Parera, marketing media and public relation division.
Kegiatan yang diinisiasi oleh akademisi, praktisi, LSM dan komunitas yang tergerak lantaran melihat susahnya pasar untuk produk sayuran organik dan hidroponik di Ambon. Untuk itu mereka membuat inovasi pertama yakni mambawa petani bersama hasil kebun. Dengan begitu masyarakat dapat membeli aneka sayuran langsung dari tangan-tangan terampil petani.
Pada kegiatan perdana ini, perempuan yang disapa Ema itu menyebut mereka berfokus pada petani yang ada di Pulau Ambon. Salah satunya untuk memudahkan mobilisasi mereka datang ke tempat acara.
Soal kualitas, dijamin aman dan sehat. Pembeli juga bebas bertanya kepada petani mulai dari proses tanam, penjualan dan harga. Untuk sayur-sayuran ditakar 500 gram perikat dengan harga Rp 10.000. Sedangkan buah-buahan dijual perbuah seharga mulai Rp 20.000 hingga Rp 30.000 sesuai ukuran dan jenis. Atau dijual perkilogram untuk buah seperti salak.

Dari pengalaman Ema bersama Komunitas Amboina Farmers Market sayuran organik dan hidroponik cukup sulit masuk ke pasar. Baik tradisional maupun modern. “Padahal pupuk yang mereka pakai pupuk organik. Itu sehat sekali tapi tak bisa masuk pasar semudah sayuran yang memakai pupuk pestisida sintetik,” ujarnya terpisah sebelum kegaitan dimulai.
Dari para petani menyebut adakalanya pedagang enggan menjual sayur berlabel organik lantaran harga beli yang mahal. Demikian dengan pembeli. Mereka lebih memilih sayuran dengan ikatan yang besar dan harga murah. Sedangkan sayuran organik atau yang ditanam dengan cara sehat jarang dilirik. Alasannya sederhana, lantaran harga yang lebih tinggi dari sayuran lain serta jumlahnya yang sedikit.
Namun pihaknya berharap kegiatan itu menjadi awal baik bagi petani di Ambon. Komunitas AFM berencana menggelar kegiatan serupa bulan dengan dengan konsep yang lebih seru dan partisipan yang lebih banyak. Dengan begitu produksi petani dapat berlanjut dan menghasilkan. (PRISKA BIRAHY)