Pohon Natal Dari Barang Bekas, Rumput Hingga Sempe Papeda Ada Di Ambon

oleh
Pohon natal berbahan sempe papeda di depan kantor Sinode GPM. Untuk membuat pohon setinggi 2 meter itu dibutuhkan 150 sempe yang didatangkan langsung dari Negeri Ouw. FOTO: Priska Birahy

TERASMALUKU.COM,AMBON–Perayaan kelahiran Yesus di Ambon begitu semarak dengan aneka pohon natal. Pada beberapa lokasi pohon natal itu dibuat dengan bahan yang tidak biasa dan unik. Mulai dari styrofoam bekas pembungkus motor, rumput ilalang hingga sempe atau wadah tanah liat tempat papeda. 

Di Negeri Amahusu Kecamatan Nusaniwe ada sebuah pohon natal super tinggi. Posisinya tepat di bibir pantai menghadap ke Teluk Ambon. Sejak awal didirikan pada 1 Desember masyarakat dari penjuru kota hilir mudik berdatangan untuk sekadar berswafoto dengan latar pohon natal indah.

Pohon natal setinggi 33 meter itu digarap secara swadaya bersama warga setempat. Eduard Pupela, salah satu Pembina pemuda Amahusu menjelaskan proses pembuatan menghabiskan ratusan meter lembar styrefoam pembungkus kendaraan. “Katong minta bahan dari dealer motor. Dong punya pembungkus motor katong minta sebagain lagi beli,” kata nya. 

Pohon natal berbahan styrofoam bekas bungkus kendaraan yang didirikan secara swadaya oleh warga Amahusu.

Pada tahun sebelumnya, warga Amuhusu juga membuat pohon natal serupa. Namun tidak setinggi sekarang, daunnya pun tidak terlalu lebat.  Pohon yang didirikan tepat di ujung dermaga yang menghadap ke laut itu ditopang dengan tiang besi serupa tiang listrik, ranting besi dan kayu. Saat malam, lampu sorot makin menambah kemeriahan pohon natal tertinggi di Ambon itu. 

Kalau warga Amahusu memanfaatkan barang bekas, lain halnya dengan pohon natal yang ada di Kantor Sinode Gereja Protestan Maluku. Pohon natal yang ditempatkan di depan pintu masuk utama kantor sinode itu terbuat dari ratusan sempe atau wadah tanah liat yang dipakai untuk mewadahi papeda. 

Coba liat saja, sepintas pohon natal setinggi dua meter itu tampak lain. Warnanya coklat kehitaman dan ditata bersusun. Namun jika mendekat kita akan segera tahu jika itu bukan sebuah karya instalasi biasa. Melainkan kreasi phon natal dari tangan terampil pembuat sempe. 

BACA JUGA :  “Jangan Korbankan Kami Pak Walikota” Jangan Ada Lagi Yang Segel Sekolah Kami”

Pendeta Martheintjie Wattimury bilang, sempe-sempe itu didatangakan langsung dari Negeri Ouw. Ouw merupakan desa penghasil sempe dan alat-alat dapur khas Maluku bebahan alami. 

“Beberapa jemaat Ouw datang bawa langsung dan langsung disusun seperti ini. Ada 150 buah sempe yang mereka bawa dari kampung,” ucapnya saat ditemui di kantor sinode Jamat (14/12). 

Rumput ilalang dijadikan bahan baku pohon terang di sebuah pusat perbelanjaan di Passo

Kepala Biro Pemberitaan Injil GPM mengatakan pihaknya memang ingin menampilkan sesuatu yang bernafaskan kemalukuan. “Beta kebetulan orang Ouw dan kenapa tidak coba bikin pohon natal dari sempe. Itu kerajinan khas daerah kita,” katanya bangga. Untuk menambah kesan kilau, pada bibir sempe dilumuri getah pohon damar. 

Beranjak ke Passo, salah satu pusat perbelanjaan modern di sana menggunakan rumput ilalang kering. Thomas Lake Humas Ambon City Center menjelaskan rumput diambil dari daerah sekitar. Kemudian mereka menatanya pada rangka kerucut yang lebih dulu didirkan. (PRISKA BIRAHY)