Dua Eksportir dan Delapan Unit Pengolahan Ikan Baru Sumbang Devisa 10 Juta USD

oleh
Finari Manan Kakanwil DJBC Maluku optimistis ekspor sektor perikanan mendongkrak kesejahteraan dan kemajuan Maluku melalui skema ekspor langsung ke negara tujuan. FOTO: Alfian

TERASMALUKU.COM,AMBON-Sepertiga dari produksi ikan di Indonesia berasal dari Maluku. Hal itu berdampak pada pertumbuhan investasi di bidang perikanan. Pada 2018 tercatat ada delapan perusahaan pengolahan ikan serta dua eksportir baru di Maluku dengan skema eksport langsung dari Maluku ke negara tujuan. Mereka menyumbang devisa sebesar hampir 10 juta USD pertahun.

Hal ini jadi jaminan kesejahteraan dari sektor perikanan daerah. Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) DJBC Maluku Finari Manan membuka data perkembangan ekonomi dari 2017 hingga kini saat pertemuan media di rumah kopi joas Ambon, Rabu (16/1/2019). Pada 2018 tumbuh dua eksportir bidang perikanan yang baru. Yakni PT. Katsuo Ocean dan PT. Laut Timur Jaya. “Keduanya di Ambon. Mereka ini yang mengekspor hasil perikanan ke negara-negara di Asia,” sebut Finari Manan kepada Terasmaluku.com.

Sedangkan delapan perusahaan pengolahan ikan yakni PT. Peduli Laut Maluku, PT. Perintas Jaya Internasional, PT. Katsio Oceanik Indonesia, PT. Aneka Sumber Tatabahari. Juga PT. AKFI – Panambulai, PT. Jaya Samudera Bersama, PT Patria Perikanan Lestrai Indonesia dan PT. Laut Timur Utama. Kedelapan unit pengolahan ikan (UPI) ini juga bermarkas di Kota Ambon.

Semuanya menjalankan skema ekspor dari Maluku. Tidak seperti sebelumnya, produk ekspor didrop ke Surabaya, Jakarta, Makassar dan Bali kemudian ke negara tujuan ekspor. Nah, sistem ekspor langsung ini memberi pemasukan bagi daerah penghasil, Maluku.

Sebanyak 1,1 ton kepiting bakau asal Maluku diekspor langsung ke Malaysia dan Singapura dari Maluku pada 12 Januari lalu. FOTO: Kanwil DJBC Maluku

Data pemberitahuan ekspor barang (PEB) dari delapan UPI tersebut menunjukkan peningkatan devisa dari 2017. Yakni sebesar Rp 9.443.000 USD di 2018 dari tahun sebelumnya hanya 125,250 USD. PEB pun memberi angka kenaikan yang sangat signifikan dalam dua tahun terakhir. Di 2017 hanya ada 1 PEB. Sedangkan di 2018 meroket tajam jadi 304 PEB.

“Ikan-ikan yang beredar di Filipina, Singapura itu paling banyak dari laut Maluku. Pendapatan devisa daerah otomatis meningkat untuk kesejahteraan masyarakat Maluku sendiri,” jelas mantan Kasubdit Pencegahan Direktorat Kepatuhan Internal Bea Cukai, DJBC Pusat tu. Finari optimistis dengan menarget penerimaan sektor perikanan di 2019 yakni 20 Juta USD.

Untuk mencapai target itu, pihaknya menerapkan sistem administrasi yang terintegrasi dengan layanan komprehensif. “Kami beri pemahaman buat para eksportir untuk mau ekspor langsung dari Maluku. Perijinan pun kami mudahkan serta tidak ada pungli, kami jamin itu,” sebut alumnus magister management Universitas Indonesia itu.

Bea cukai, pemda serta pihak terkait telah bekerjasama untuk skema kemudahan ekspor ini. pihaknya memberi jaminan simplifikasi perijinan 24 jam 7 hari. Artinya kapanpun -pagi, siang atau malam, ekspor bisa lebih cepat dan mudah. Para eksportir tidak perlu menunggu jam kerja atau tanggal hitam agar bisa mengurus izin ekspor.

Di lain sisi pertumbuhan investasi bidang perikanan di Maluku juga berimbas pada lapangan pekerjaan. Penyerapan tenaga kerja sektor perikanan di 2018 sebesar 428 tenaga kerja. Jumlah itu diyakini Finari bertambah di tahun ini. (PRISKA BIRAHY)

No More Posts Available.

No more pages to load.