Kekurangan tenaga pengajar dan sarana pendukung dirasakan sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar di daerah terpencil. Tenaga pengajar atau guru merupakan komponen terpenting yang harus ada di dalam proses belajar-mengajar di sekolah selain siswa itu sendiri.
Seperti yang terjadi di Desa Funanayaba Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT). Desa Funanayaba merupakan sebuah Desa terpencil yang terisolasi tanpa ada akses jalan raya.
Sebagian besar putra-putri warga Desa Funanayaba tidak bersekolah. Karena selain tidak ada guru juga minimnya sarana dan prasarana pendukung seperti gedung serta buku pelajaran yang dimiliki sekolah. Selain itu animo masyarakat untuk bersekolah masih sangat rendah.
Kondisi itulah yang membuat Bintara Pembina Desa (Babinsa) Desa Funanayaba Serka La Adam mengajarkan para siswa di Sekolah Persiapan SD Funanayaba. Kegiatan ini sebagai salah satu pembinaan teritorial dari satuan Komando Kewilayahan kepada warga masyarakat yang berada di desa terpencil, dengan dibekali buku petunjuk dari guru lainnya.
Serka La Adam memberikan materi pelajaran sesuai dengan buku petunjuk yang diberikan agar tidak keluar jalur dari materi pelajaran yang diajarkan. “Sebagai seorang Babinsa, saya merasa terpanggil untuk berbagi ilmu kepada para siswa di sekolah tersebut, saya harus tahu keluhan yang di rasakan warga Binaan saya,”kata Serka La Adam, Kamis (14/2/2019) seperti dikutip dari akun facebook Kodam 16 Pattimura.
Babinsa Desa Funanayaba ini mengungkapkan keadaan siswa-siswi di sekolah pedalaman sangat jauh berbeda dengan siswa-siswi di perkotaan.“Ini adalah potret umum siswa-siswi di pedalaman yang memang sangat memprihatinkan,” ungkapnya.
Saat ini SD tersebut baru memiliki tiga ruangan kelas dengan jumlah murid sebanyak 27 orang. Mereka terdiri dari Kelas 1 sebanyak 11 orang, Kelas 2 sebanyak 9 orang dan kelas 3 sebanyak 7 orang. Bangunan sekolah dibangun seadanya, berdinding papan dan berarap rumbia. Anak-anak juga belajar di ruangan kelas beralas batu kerikil.
Pemerintah daerah tengah berupaya untuk membuat SD persiapan dengan mendatangkan 1 orang tenaga guru honorer. Sebelumnya ada satu guru honorer yaitu Ny. Jamila. “Menyikapi hal ini maka kami akan berkoordinasi dengan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten SBT agar dapat memenuhi dan mendukung kebutuhan di SD Funanayaba,” ujar La Adam (Pendam16)