TERASMALUKU.COM,-AMBON-Empat belas penumpang selamat dari tenggelamnya kapal KM Mersea by My Adventure Indonesia tujuan Ambon–Selatan Laut Banda berada dalam kondisi selamat dan sehat. Mereka saat ini tengah ditangani oleh tenaga kesehatan dan relawan Palang Merah Indonesia Ambon untuk trauma pasca-kejadian.
Salah seorang korban selamat kepada Terasmaluku.com, Kamis (14/3/2019) malam menyebut penyebab utama kapal tenggelam yakni kerusakan mesin. Hal lain yang tak kalah penting yakni kelayakan kapal yang dinilai sejumlah penumpang jauh dari ekspektasi mereka.

“Kapal itu tidak lengkap dan lebih rendah dari yang kami sepakati,” kata salah seorang penumpang berinisial De kepada wartawan melalui pesan pendek. Kapal itu, lanjut wisatawan asing ini, alami mati mesin pukul 05.10 WIT. Seluruh penumpang lantas naik ke life craft atau survival raft pada pukul 05.20.
Kebetulan sebagian dari penumpang yang akan menuju ke Banda merupakan para penyelam sehingga tata cara keselamatan dipraktikan dengan seksama. Selama waktu itu, De bersama rekan lain diingatkan oleh kru kapal untuk bersiap jika sewaktu-waktu keadaan memburuk.“Kami (para penyelam) sempat melihat kru kapal bersiap melompat, lalu kami berkumpul dan buat rencana tapi nyatanya mereka turunkan life craft lalu kami berhasil masuk disusul kapten,” beber De.
BACA JUGA : Detik-Detik Penyelamatan 5 Wisatawan Asing dan 9 Warga Indonesia Di Laut Banda
Usai berada di dalam dua life craft mereka sempat membuat kontak melalui telepon satelit kepada agen di Doha. Tujuannya untuk mempercepat koordinasi pengiriman bantuan kepada mereka yang tengah terombang-ambing di laut. De mengaku dirinya berhasil menghubungi agen dan memberikan titik koordinat sebanyak dua kali. Yakni pada pukul 06.00 dan 08.30.
Menurutnya segala prosedur penyelamatan telah dilakukan hanya saja sejak awal dia dan penumpang lain mengkhawatirkan kondisi kapal yang terlihat tua dan jauh dari harapan. Kepada wartawan dia menunjukkan beberapa foto interior dalam KM Mersea yang jauh dari kata layak. Seperti pintu utama kapal menuju ke area belakang yang sulit ditutup. Mereka terpaksa menggunakan tali yang diikatkan pada besi gorden dan handle pintu.
Ada juga cerita dengan kelasi kapal untuk menutup jendela. Pasalnya saat berlayar dengan kondisi laut normal, air masuk ke dalam kapal. De bersama rekan lain lantas diberi ide untuk menutupnya dengan kain penutup di geladak lantaran baut jendela berkarat akibat terpapar garam laut.
Beruntung koordinasi berjalan lancar dan tim dari Badan Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Ambon segera meluncur dan melakukan evakuasi pada pukul 14.30 menggunakan KN. 235 Abimayu.“Kami semua selamat dan aman. Terima kasih buat tim penyelamat (SAR Ambon) yang datang lebih awal,” singkat De.

Sementara itu Kepala Seksi Operasi dan Siaga Pencarian dan Pertolongan Kantor SAR (Basarnas) Ambon Andrias Hendrik Johannes yang ikut menjemput 14 orang selamat itu membenarkan jika ada mati mesin di kapal. Saat ditanya apakah para penumpang memaksakan berlayar di saat kondisi cuaca buruk, Andrias membantahnya. “O, kami tidak punya kewenangan menyatakan hal itu. Tugas kami adalah menyelamatkan,” tegasnya kepada wartawan di Pelabuhan Ambon, Kamis sore.
Menurutnya cuaca memang kurang baik dengan ketinggian ombak 2,5 hingga 3 meter dan jarak panjang 100 meter. Namun saat ini semua dalam kondisi baik dan tengah melakukan pemulihan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Haulussy Ambon. (PRISKA BIRAHY)