Teruslah Bersinar AMGPM Oleh : Rudy Rahabeat, Pendeta GPM

oleh
oleh
Rudy Rahabeat, Pendeta GPM

ANGKATAN Muda Gereja Prostestan Maluku (AMGPM) hari ini berusia 86 tahun. Usia yang sangat matang. Organisasi pemuda bentukan Gereja Protestan Maluku ini memiliki ribuan kader yang tersebar di provinsi Maluku dan Maluku Utara. Sebuah angkatan potensial yang sedang dan akan terus mentransformasi gereja dan masyarakat manakala terus berbenah dan menata kelembagaan serta kader-kadernya secara inovatif. Momen ulang tahun ini mesti menjadi momen refleksi diri yang fundamental untuk merenungkan apa saja capaian organisasi yang memiliki motto “Kamu Adalah Garam dan Terang Dunia” ini.

MENGABDI TANPA BATAS

Karangan bunga itu melingkar di lehernya. Ada rasa haru bergemuruh di dadanya. Sebuah sambutan yang mempesona. Didampingi Pdt Yanes Titaley, selaku Korwil Maluku Utara, lelaki yang menyingkat namanya “Romo” alias Roy Mongi itu tersenyum. Selaku pengurus besar AMGPM dari kota Ambon, ia harus melintasi batas provinsi, menembus langit biru untuk tiba di pulau Bacan di Maluku Utara. Ia datang untuk membuka dan menghadiri Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah (MPPD) XVI Pulau-Pulau Bacan di Jemaat GPM Songa.

Lain pula sambutan di perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Ketua Umum PB AMGPM Pdt Max Takaria harus meneguk sopi (arak lokal) sebagai “password” untuk masuk dalam rahim budaya masyarakat Maluku Barat Daya (MBD). Ia datang untuk iven yang sama, MPPD AMGPM Leti Moa Lakor yang berlangsung di Moa, 17-18 Maret 2019. Dua narasi ini saya pinjam dari status fesbuk Pdt Yanes Titaley, sekretaris Klasis Ternate, dan Pdt Abe Kofit, Sekretaris Klasis Leti Moa Lakor.

Karangan bunga dan sopi adalah tanda cinta kasih. Sebuah tanda penerimaan sekaligus harapan agar kedatangan sang tamu bisa membawa maslahat bagi masyarakat setempat. Ia bukan sekedar sebuah akta serimonial, namun ada nilai-nilai tersirat yang terkandung di dalamnya. Olehnya, tak bijak jika membacanya dengan kacamata moral hitam putih, seakan sopi itu patut dilarang. Tergantung untuk apa ia digunakan.

Kehadiran Bung Romo dan Bung Max di pulau-pulau di kepulauan Maluku dan antusiasme kader-kader Angkatan Muda GPM perlu diapresiasi dan diberi support untuk sama-sama mengembangkan talenta dan potensi yang dimiliki. Agar kader-kader AMGPM terus mengembangkan diri,  melayani dan berkarya melintasi batas-batas apapun, seperti status fesbuk Bung Romo pagi ini.

GERAKAN LITERASI

Dari sekian banyak gagasan dan harapan yang boleh dikedepankan di momentum 86 tahun AMGPM ini maka saya berharap kader-kader AMGPM makin intensif pada gerakan literasi. Skema sederhananya, membaca, diskusi, menulis dan menyebarkan (posting). Di era digital saat ini, kita tak mungkin mengelak dari realitas dunia virtual. Kita tidak boleh membiarkan dunia itu diisi oleh konten-konten sampah dan penuh kebencian serta kebohongan (hoaks). Ibarat pedang, media sosial itu bisa digunakan untuk hal yang negatif tapi juga positif. Saya memilih posisi yang terakhir, menjadikan media sosial sebagai sarana pewartaan Kabar Baik.

Jika ribuan kader AMGPM dapat menulis narasi-narasi inspiratif, kisah-kisah kehidupan, bahkan temuan-temuan riset kecil-kecilan sesuai bidangnya, maka tentu ruang media sosial akan makin sehat dan bergizi. Ribuan konten positif akan memberi pencerahan kepada warganet untuk berpikir jernih, dan bertindak bersama untuk kemaslahatan bersama. Ini tentu sebuah harapan. Sebab tidak semua orang tidak memiliki passion untuk menulis. Tapi ini juga bukan alasan untuk menyerah. Sebab menulis itu dapat terus dilatih dan dibiasakan.

AMGPM dapat melakukan pelatihan tulis menulis di ratusan rantingnya, membuat komunitas-komunitas literasi, termasuk menyiapkan anak-anak untuk masuk dalam dunia literasi. Perlu tekad yang kuat untuk keluar dari budaya lisan ke budaya tulis, dari sekedar mempostif foto-foto diri menuju postingan narasi-narasi refleksif dan inspiratif, termasuk mengembangkan web, blog, dan jaringan media siber yang menggerakan perubahan masyarakat. Ini sebuah kerja peradaban, tidak bisa instant, tapi perlu kesabaran dan konsistensi. Tepatlah kata-kata Pramoedya Ananta Toer, sebuah bangsa yang tidak menulis, maka ia akan hilang dari peradaban. Publish or perish.

Saya sangat optimis bahwa kader-kader AMGPM memiliki potensi terpendam yang dapat digali untuk melaju di dunia literasi. Produktif dalam menghasilkan tulisan-tulisan bermutu. Yesus Kristus pada suatu waktu menulis di atas tanah. Saat ini kader-kader AMGPM diajak menulis di atas papan android. Menulis dan menerangi dunia maya yang gelap atau digelapkan dengan berita-berita bohong, penuh kebencian dan fitnah. Saatnya AMGPM bersama seluruh organisasi kepemudaan apa saja dan dimana saja, bersama-sama menyatukan langkah, bersinergi untuk bermisi di era digital dengan konten-konten yang cerah, cerdas dan menginspirasi.

Untuk tujuan mulai, tak ada jalan pintas. Anda mesti siap melewati via dolorosa, jalan berliku. Tapi apapun itu teruslah melangkah. Jangan pernah menyerah. Teruslah mencoba. Persis seperti kata-kata Albert Einstein yang melekat di dinding Fesbuk Bung Romo pagi ini “You never fail until you stop traying, kau tak akan gagal sepanjang tak berhenti mencoba. Dirgahayu ke-86 Angkatan Muda Gereja Prostesan Maluku. Maju Terus. Teruslah bersinar dimana pun berada !

No More Posts Available.

No more pages to load.