TERASMALUKU.COM,-AMBON-Situasi di Negeri Latu Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) sejak Rabu (15/5/2019) sore hingga malam benar-benar tidak kondusif. Warga kembali barikade jalan lintas Seram di Negeri Latu.
Suasana memanas saat pasukan Brimob Polda Maluku dari Detasemen B yang bermarkas di Amahai Kota Masohi Kabupaten Maluku Tengah yang menuju ke Markas Polsek Amalatu di Negeri Latu tertahan barikade warga. Aparat Brimob bersenjata lengkap hendak melintasi jalan di Latu namun tidak bisa karena dibarikade warga.
Dalam situasi itu terjadi chaos, kekacauan. Rentetan tembakan terjadi. Tak hanya itu, bom juga diledakan. Tiga orang tertembak dalam peristiwa Rabu malam itu. Seorang diantaranya yakni Sulaiman Patty tewas dengan luka tembak di dada, sedangkan dua lainnya kritis dan kini dirawat di Puskesmas Kairatu Kabupaten SBB.
Peristiwa berdarah ini merupakan buntut dari penangkapan seorang warga Latu berinisial KP di depan Mapolsek Kairatu. KP menjadi orang yang dicari aparat Kepolisian karena diduga pelaku penganiayaan Syamsul Lussy, wara Negeri Hualoy hingga meninggal dunia di hutan Latu pada Minggu (5/5/2019).

Cerita penangkapan KP memang tidak biasa. Kabid Humas Polda Maluku Kombes Pol Muhammad Roem Ohoirat dalam jumpa wartawan di ruangan kerjanya, Kamis (16/5/2019) mengungkapkan, KP ditangkap disaat aparat Polsek Kairatu, Polres SBB menggelar razia di depan Mapolsek Rabu siang.
Saat razia itu, aparat Polsek memeriksa sebuah mobil yang ditumpangi KP. Kala itu, KP yang selama ini dicari Polres SBB pasca terbunuhnya Syamsul bersembunyi di bagasi mobil. KP rupanya ketakutan dan sadar atas perbuatannya sehingga bersembunyi dari razia polisi tersebut.
“Saat aparat yang tengah razia senjata tajam membuka bagasi mobil ternyata KP terjatuh, dan setelah dilihat orangnya, dia merupakan orang yang selama ini dicari Polres SBB karena terkait kasus penganiayaan Syamsul,” kata Ohoirat.
Setelah tertangkap, KP langsung dibawa ke Mapolres SBB di Kota Piru. Diduga KP hendak meninggalkan Latu. Nah, kabar penangkapan KP itu memicu kemarahan warga Latu. Mereka ramai-ramai mendatangi Mapolsek Amalatu.
Permintaan mereka satu, bebaskan KP. Di saat itu, massa juga melempari Mapolsek Amalatu hingga kaca pecah dan merusak sejumlah fasilitas milik polisi lainnya. “Anggota kami yang menjaga dan mengamankan Mapolsek, juga dilempari, dicaci maki, tapi anggota tetap tenang tidak emosi,” kata Ohoirat.
Menjelang malam suasana sempat tenang. Namun menurut Ohoirat warga mengancam akan membakar Mapolsek pada Rabu malam bila tuntutan mereka melepaskan KP tidak dituruti Polisi. Karena itu menurut Ohoirat, untuk menjaga dan mempertahankan Mapolsek Amalatu sebagai simbol negara, pasukan Brimob Polda Maluku di Amahai dikirim untuk mengamakan Mapolsek Amalatu.
Dalam perjalanan dari Masohi ke Latu itulah, pasukan Brimob tertahan barikade sehingga terjadi kekacauan antara Brimob dan warga Latu hingga menyebabkan tiga warga tertembak dan seorang tewas. Menurut Ohirat pasukan Brimob diserang warga. Bahkan menurutnya terjadi penembakan dan pelemparan bom kepada anggota Brimob. Akibatnya kaca mobil truk Brimob bagian depan dan belakang yang ditumpangi anggota pecah.
“Belakang mobil yang kena tembak berarti ada penyerangan juga dari bagian belakang mobil, juga di depan mobil truk. Kita lihat sobekan dimungkinkan ini akibat lemparan bom. Kaca mobil juga pecah dari belakang. Waktu di Desa Latu itu, anggota diserang dari muka belang, anggota cuma bertahan sambil mundur, sambil mundur dan sambil melepaskan tembakan,” kata Ohoirat.

Ohoirat mengatakan akibat kejadian ini, satu warga tewas tertembak dan dua lainnya luka tembak. Atas tertembaknya warga Latu itu, Ohoirat menegaskan dirinya tidak bisa mengelak kalau korban tertembak senjata anggota Brimob. Namun ia juga tidak bisa menyebutkan bahwa itu benar dan sebaliknya.
“Saya tidak bisa mengelak bahwa ini adalah tembakan daripada anggota Brimob. Saya tidak bilang bahwa itu tidak, tapi saya juga tidak bilang bahwa itu iya. Karena kenapa? Masyarakat juga melakukan penembakan terhadap kita dari depan dan belakang. Jadi tidak tahu yang bersangkutan ini, korban akibat dari pelurunya siapa?,” kata Ohoirat.
Ohoirat juga menjelaskan sebenarnya bisa diketahui korban ditembak dari aparat atau bukan, bila masyarakat atau keluarga korban menghendaki dilakukan otopsi terhadap korban. Karena dari hasil otopsi itu bisa diketahui jenis peluru yang bersarang di tubuh korban. “Bisa diketahui peluru kira-kira kaliber berapa?, Dan dari situlah bisa diketahui peluru berasal dari senjata api siapa ?. Tapi situasi sekarang ini tidak memungkinkan untuk kita melakukan otopsi,” jelas Ohoirat.
Sementara itu menurut Kabid Humas, KP kini menjadi tersangka pembunuhan Syamsul. “KP mengakui menganiaya korban Syamsul hingga meninggal dunia, dan kini sudah ditetapkan sebagai tersangka. Dan dari mulutnya muncul beberapa nama terduga lainnya,” kata Ohoirat..
Sementara itu warga Latu menyebutkan Sulaiman Patty tewas ditembak oleh oknum anggota Brimob. Warga Latu menuntut komandan lapangan Brimob Detasemen B harus menjadi jaminan bila pengusutan pencarian pelaku mengalami jalan buntut. “Komandan lapangan Brimob Detasemen B Pelopor harus secara satria menyerahkan anak buahnya yang melakukan penembakan kepada proses hukum. Pelaku penembakan harus dipecat,” kata Muhamad Patty warga Latu dalam rilis yang diterima Terasmaluku.com, Kamis siang.
Warga Latu menyebutkan penembakan oknum anggota Brimob kepada warga terjadi pada pukul 21:30 Wit di tengah-tengah kampung.”Tepat pukul 21.30 Wit, Rabu (15/5/2019) rombongan Detasemen B Pelopor Brimob Amahai melakukan penembakan terhadap aksi warga Negeri Latu. Tiga warga Latu tertembak, dan satu tewas ditempat. Warga yang korban, Sulaiman Patty tewas, Muhktar Patty dan Asnawi Patty keduanya mengalami luka tembak,” kata Muhammad Patty.
Ia mengaku aksi yang dilakukan warga Latu sebagai bentuk perlawanan terhadap penangkapan KP yang diduga sebagai pelaku pembunuhan Syamsul. Warga hendak menghalau rombongan aparat Brimob. Ketika terjadi adu mulut, bersama warga, tiba-tiba terjadi bunyi tembakan lima kali ke arah warga dalam jarak 15 meter oleh pasukan trek kedua.
“Seketika itu pula Sualiman Patty tewas ditempat. Melihat tiga warga yang tersungkur jatuh. Serentak warga melempar dengan kayu, batu dan tiga buah bom rakitan. Mereka membalas reaksi warga Latu dengan tembakan rentetan selama kurang lebih 10 menit ke arah warga, dan rumah warga lurus ke arah jalan raya Trans Seram,” katanya. (ADI)