Perpusdes Hatumuli Sukses Cetak Warga Mahir Keterampilan

oleh
Ketua Majelis Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Hatumulu Klasis Seram Barat, pdt. Sien Matital dengan salah satu karya warga di perpustakaan Dusun Hatumuli yaitu piring anyaman (26/6). FOTO: Istimewa

TERASMALUKU.COM,AMBON, – Taman baca atau perpustakaan Dusun Hatumuli, Desa Piru, Kebupaten Seram Bagian Barat, memerupakan satu-satunya sarana penunjang pendidikan di dusun itu. Tak ada sarana pendidikan sekolah di sana. Namun justru perpusdes itu meraih penghargaan tingkat nasional karena berhasil mengembangkan masyaraktnya lewat peningkatan kualitas ekonomi.

Buku-buku dan tenaga pengajar di sana jadi bahan ajar bagi warga hasilkan karya bernilai ekonomi. Ada yang membuat anyaman piring, kue, hingga belajar bertani. Keterampilan itu yang dinilai berhasil meloloskan perpustakaan kecil di desa ke tingkat lebih tinggi.

“Perpustakaan ini dapat juara 1 tingkat provinsi dua kali dan tingkat nasional. Yang di nasional kami dapat harapan 2,” sebut Pendeta Sien Matital – Makahyti. Sien merupakan ketua majelis jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Hatumuli Klasis Seram Barat.

Ruang baca Perpustakaan Dusun Hatumuli Desa Piru Kabupaten Seram Bagian Barat

Dia serta pengurus jemaatlah yang mengelola perpustakaan desa agar digunakan seluas-luasnya oleh masyarakat setempat. Saat kali pertama dibuka pada 2010, perpusdes berlokasi di rumah warga. Perlahan warga bergotong royong membangun gedung yang baru pada 2011.

Dengan latar belakang yang minim dan terbatas, mereka nyatanya mampu mencetak peringkat terbaik. Seperti pada 2014 Perpusdes Hatumuli raih juara 1 kategori perpustakaan umum/desa/kelurahan tingkat provinsi.

Sien menjelaskan ada beberapa peustakaan lain di sekitar wilayah. Namun yang membikin beda, mereka mengintegrasikan peningkatan kualitas masyarakat di bidang kerajinan. Hal itu sebagai bentuk penetrasi ekonomi melalui literasi.

“Mereka baca buku tentang itu lalu aktualisasi diri melalui pekerjaan untuk pengembangan ekonomi kelaurga,” jelasnya. Keberadaan buku di desanya bukan dijadikan pajangan, malinkan benar-benar dimanfaatkan oleh warga yang terbukti mampu menyokong finansial.

Begitupun dengan pendidikan anak. Perpusdes yang bekerjasama dengan perpustakaan keliling Provinsi Maluku pada 2010 itu, merupakan sumber referensi terbesar dan utama bagi mereka yang tinggal jauh dari pusat kota. Usai pelunag sekolah, anak-anak biasanya membawa serta buku tulis lalu mengerjakan tugas rumah di sana.

BACA JUGA :  Soal Penjabat Bupati dan Walikota, Pemprov Maluku Tegaskan Belum Ada Penetapan dari Mendagri

Berdasar data dari gereja, jumlah anak-anak tingkat SD sebanyak 71 orang, SMP 30 orang, SMA/SMK 35 orang, D1 –D2 1 orang , perguruan tinggi (S1), 35 orang, dan yang berada dit ingkat S2 sebanyak 1 orang. Dengan sumber daya yang besar itu, fungsi perpustakaan haruslah lebih dari sekadar tempat membaca.

Bahkan pihak gereja acap kali menggelar kegiatan bagi warga di sana. seperti lomba bertutur yang sumber materinya diperoleh dari perpustakaan tersebut.

Sangat ramai situasi perpusdes di sana. Dan itu tampak jauh berbeda dengan perpustakaan yang ada di Kota Ambon. Deretan buku di rak berdebu dan rapi. Sebagian besar jadi pajangan. Kalaupun ada yang ingin membaca, pastilah karena ada tugas.

Sien yakin program pemberdayaan masyarakat melalui perpustkaan itu bakal menjangkau lebih besar.

Sama halnya dengan perpusdes Hatukau Negeri Batumerah. Dalam liputan sebeblumnya, perpustakaan itu meraih peringkat paripurna sebagai salah satu perpusdes dari Maluku. Ragam UKM lahir dan bertahan berkat penetrasi literasi yang baik.

Ada ibu rumah tangga yang kini punya usaha, pedagang horengan keliling yang bepenghasilan Rp 2 juta perhari, hingga penjual cemilan khas Maluku yang punya marketplace sendiri. (PRISKA BIRAHY)

 

 

No More Posts Available.

No more pages to load.