TERASMALUKU.COM,AMBON, –Empat hari bus dan truk lintas Seram tak bisa menyeberang. Puluhan sopir mendatangi kediaman Wakil Ketua DPRD Maluku, Richard Rahakbauw di komplek perumahan DPRD Karang Panjang, Jumat pagi (23/8/2019).
Mereka mengadukan nasib yang tidak jelas lantaran truk dan bus menumpuk di Pelabuhan Hunimual liang. Kondisi itu disebabkan hanya ada satu kapal feri yang melayani perjalanan laut Hunimual – Masohi.
Jadwal perjalanan normal, ada dua feri yang berlayar dari Pelabuhan Hunimual, Liang menuju Masohi, Pulau Seram. Sayangnya para sopir itu menyebut jika feri lain sementara dicarter oleh istri salah seorang pejabat daerah.
Kondisi itu makin parah dengan terputusnya jembatan Wai Kaka, Desa Tala, Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagian Barat yang merupakan jalur lintas Seram terdekat dari Ambon. “Semua kendaraan sekarang menumpuk di Hunimual. Feri yang jalan cuma satu saja. Jembatan Desa Tala ditutup dan hanya buka malam,” jelas Toton, salah seorang sopir saat berada di rumah Richard Rahakbauw.
Toton dan puluhan sopir yang sambang pagi itu, merupakan pengendara truk pengangkut sembako ke sejumlah daerah di Pulau Seram. Untuk bisa membawa muatan mereka ummnya menggunakan jalur Hunimual – Waipirit, Seram Bagian Barat (SBB) dengan estimasi waktu tempuh dua jam menggunakan empat kapal feri.
Namun sejak hujan lebaran lalu, jembatan utama jalur lintas itu miring. Toton menjelaskan, olah warga, Jembatan Tala ditutup saat siang. Mereka baru akan membuka jalur pada pukul 24.00-02.00 dini hari.
“Jembatan itu miring, tapi bisa lewat. Buktinya warga buka tapi harus kalau lewat situ,” beber dia. Tarif yang dipatok warga bagi pengendara berkisar dari Rp 50.000 hingga Rp. 500.000 per-unit.
Alhasil, semua kendaraan dari Pulau Ambon yang hendak ke Pulau Seram hanya bisa menempuh jalur Hunimual – Masohi dengan lama perjalanan 6 jam dan biaya yang lebih besar.
Risiko merugi sudah tentu ditanggung para sopir. Apalagi kebanyakan yang mereak bawa adalah bahan makanan dan sembako. Kelangkaan sudah pasti, dan mereka harus merogoh kocek dalam membayar biaya perjalanan panjang dan mahal. Belum lagi ongkos selama menginapkan kendaraan mereka di Pelabuhan Hunimual, Liang Pulau Ambon.
“Katong sangat harapkan supaya kalau bisa bia dalam waktu dekat, tambah armada feri. Kalau seng, jambatan itu segera buka biar bisa lewat,” minta para sopir.
Richard yang menerima mereka di kediamannya pun langsung menghubungi Ketua Komisi C yang menangani masalah perhubungan. “Aspirasinya beta terima dan akan dibahas pada rapat bersama Selasa bersama Komisi C,” kata dia.
Richard yang langsung menelepon Ketua Komisi C saat menerima para sopir itu menyebut jika anggota Komisi C sedang berada di Pulau Buru dan baru bisa bertemu pada Selasa. Sesuai kesepakatan bersama, Richard pun meminta lima orang perwakilan ikut pada rapat Selasa nanti.
Sebelumnya puluhan sopir ini mendatangi Gendung DPRD Provinsi untuk bertemu dengan anggota komis C. Sesampainya di sana, gedung kosong dan mereka tidak bisa bertemu satupun anggota komisi. Mereka lantas memutar arah menuju rumah wakil ketua DPRD untuk menyampaikan keluhan mereka. (PRISKA BIRAHY)