TERASMALUKU.COM,AMBON,- Pengambilan sampel dan pengecekkan awal fisik ikan mati di Kecamatan Leitisel oleh Balai Karantina Ikan Ambon menunjkkan adanya benturan keras. Terdapat pendarahan pada tulang utama di punggung ikan. Itu diketahui dari hasil nekropsi atau pembedahan untuk mengidentifikasi kematian hewan tertentu.
BACA JUGA : IKAN MATI JUGA DITEMUKAN DI PANTAI PASSO
Kepala Balai Karantina Ikan, Ashari Syarief kepada wartawan di ruangannya, Senin siang (16/9/2019) menyatakan pembedahan dilakukan pada minggu usai pengambilan sampel. “Kami bedahnya di sini (kantor). Kalau normal ya tulangnya putih bening seperti daging. Ini ada darahnya,” jelas Ashari sambil menunjukkan foto usai bedah.
Pihakya mengambil lima sampel ikan. Tiga diantaranya menunjukkan ada pendarahan tulang punggung. Tulang punggung punya peran besar dalam kendali gerak ikan. Hasil necropsy itu menunjukkan kemungkinan besar ikan terpapar benturan. Bisa jadi arus yang besar atau hal lain.
Untuk kasus temuan ikan di Leitisel, kata Ashari, itu merupakan ikan dari sekitar laut di lokasi. Artinya habitat hidupnya dekat dengan tempat temuan. Sementara ikan yang baru ditemukan di Desa Passo, Senin (16/9/2019) bukan berasal dari sekitar wilayah itu.“Yang kemarin itu ikannya masih segar. Tandanya ikannya baru dan tak jauh. Kalau yang di Passo seperti sudah beberpa hari. Bisa jadi dia terbawa arus sampai ke Passo,” terangnya.
90 persen, kata Ashari, ikannya dari jenis yang sama dengan temuan di Leitisel. Yaitu jenis ikan karang. Pihaknya meyakinkan jika kematian ikan kecil kemungkinan ada kaitan dengan bom ikan.
Menurutnya kedua lokasi temuan bukan berada di dalam teluk yang teduh. Ombak dan arusnya besar. Sulit bagi nelayan mengebom ikan di wilayah itu. Meski begitu pihaknya masih tetap melanjutkan penelitian dan terus berkoordinasi dengan LIPI akan hal itu.
Bila ada kematian mendadak dan massal, perlu pemeriksaan lanjutan. Hal itu pun sejalan dengan pernyataan staf Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Satker Sorong, Wiwit Handayani. Dia membenarkan jika ada sejumlah sampel yang tengah diperiksan di laboratorium. Hasilnya akan menentukan penyebab kamatian mendadak tersebut. Masyarakat pun diminta tidak mengonsumsi ikan mati untuk menjaga kemungkinan buruk. (PRISKA BIRAHY)