Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Dan Alam Semesta Sebagai Panggilan Iman Oleh : Alfred Ohman, Pendeta GPM

oleh
oleh

“Kami tak punya sumberdaya alam, karena itu kami mengembangkan sumberdaya manusia”. Begitulah pernyataan seorang sahabat dari Korea Selatan dalam sebuah percakapan kecil.

Meski terbatas sumberdaya alamnya namun hari ini, Korea Selatan mampu berdiri sejajar dengan negara-negara maju. Sebentuk transformasi yang mengejutkan dunia, dimana sebuah negeri yang terpuruk melaju dengan pesat menjadi salah satu raksasa industri teknologi yang disegani tidak saja di Asia, tetapi jug Eropa dan Amerika. Sebut saja beberapa perusahaan seperti LG, Hyundai dan Samsung. Tidak saja itu, di segmen industri entertaiment, K-Pop dan drama Korea menjadi sangat terkenal dan digandrungi oleh hampir semua lapisan masyarakat di seluruh dunia. Tentu capaian ini juga tidak lepas dari orientasi pembangunan berbasis pengembangan kualitas sumberdaya manusia sebagaimana yang saya ceritakan di awal tulisan ini.

Ulasan singkat tentang negeri ginseng ini menjadi entry point bagi saya untuk menuangkan beberapa catatan kecil dalam kaitan dengan dua agenda gerejawi yang akan terlaksana di pulau Haruku, yakni MPP AMGPM ke-32 dan Persidangan MPLS ke-41.

PENINGKATAN KUALITAS SDM SEBAGAI PANGGILAN IMAN

Ditengah pesatnya perkembangan dunia, tak ada cara lain untuk tetap survive selain terus meningkatkan kualitas. Gereja juga turut dihadapkan dengan kenyataan ini. Era Revolusi Industri 4.0, Artificial Intelegence (AI), Robotisasi adalah beberapa kata kunci yang hendak menggambarkan keadaan yang serius tentang tantangan dunia hari ini. Dalam menghadapi realitas tersebut, gereja juga terus berbenah untuk menghadirkan jawaban sekaligus mengantisipasi perubahan-perubahan yang akan terjadi di kemudian hari.

Dengan mengacu pada PIP-RIPP 2015-2025, GPM memberikan aksentuasi pada upaya pencerdasan dan pemberdayaan pada dua tahun terakhir. Hal ini ditunjukan melalui geliat advokasi dan upaya peningkatan kualitas pendidikan. Bagi saya ini sebuah lompatan besar karena gereja telah menyatakan panggilannya di ruang kehidupan yang lebih luas.

BACA JUGA :  UKM LPM Lintas IAIN Ambon Tidak Ditutup

Dalam pergumulan GPM melalui gelaran MPP AMGPM ke-32 dan MPLS ke-41 di tahun ini, upaya yang dilakukan makin mengerucut dengan berfokus pada peningkatan kualitas SDM. Tentu selain pengembangan SDM bagi kepentingan internal (umat dan pelayan), baik secara intelektual maupun spiritualitas, gereja juga turut hadir dan memberi kontribusi ditengah tantangan kehidupan yang kian problematik dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Selain itu, optimalisasi potensi warga gereja profesi dan kader AMGPM dalam tanggung jawab bergereja mampu menjadi kekuatan besar guna mendorong kemajuan bersama.

Tentu semua hal yang diupayakan gereja tak bisa terlihat hasilnya hanya dalam waktu semalam. Yang terpenting ialah bagaimana proses perbaikan berkelanjutan (continius improvement) terus dikerjakan sehingga mencapai target yang direncanakan.

GEREJA DAN ALAM SEMESTA

Selain peningkatan kualitas SDM, tak kalah pentingnya untuk menjaga kualitas keseimbangan alam semesta. Jika dikomparasi dengan situasi Korea Selatan, maka seharusnya kita bersyukur bahwa Maluku dan Maluku Utara yang menjadi konteks pelayanan GPM merupakan wilayah yang kaya akan sumberdaya alamnya. Namun pertanyaannya, mengapa kondisi ketertinggalan dan kemiskinan masih mewarnai kehidupan masyarakat kita? Bukankah seharusnya keadaan masyarakat Maluku dan Maluku Utara mesti lebih baik dari Korea Selatan yang tak punya keunggulan sumberdaya alam?

Teori tentang kutukan sumberdaya alam memang telah digugurkan karena memang penyebab utama dari kemiskinan adalah sistem yang korup. Oleh sebab itu, anggapan tentang kemiskinan karena alam yang memanjakan mesti diubah karena sesungguhnya persoalan ini terjadi karena ketamakan dan ketimpangan pembangunan manusia yang berdampak pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Karena itu sangat tepat bila pengembangan sumberdaya manusia menjadi salah satu strategi GPM dalam meningkatkan kualitas kehidupan.

BACA JUGA :  BPJS Kesehatan Ambon Gelar Forum Koordinasi Pengawasan dan Pemeriksaan Kepatuhan

Selain itu, ancaman kerusakan lingkungan yang masih saja terus terjadi mesti menjadi bagian dari panggilan gereja sepanjang masa. Karena itu, pengembangan kapasitas pelayan dan warga gereja melalui advokasi mesti terus dilakukan sembari membangun keterpanggilan seluruh elemen gereja untuk terus memperjuangkan kemaslahatan dan bukan kepentingan yang mengorbankan kehidupan sesama manusia dan seluruh mahluk. Langkah ini penting ditempuh sebab tidak hanya menyangkut kepentingan hidup manusia di masa kini, tetapi juga keberlanjutan hidup anak-cucu kita dan seluruh mahluk.

GEREJA DAN PANGGILANNYA DITENGAH DUNIA

Dunia tak boleh dilihat dalam perspektif material semata, apalagi dianggap jahat (dualisme). Bagi gereja, termasuk AMGPM, dunia adalah panggung untuk mementaskan panggilan iman. Dunia adalah tempat dimana “garam” ditaburkan dan cahaya pengharapan ditaruhkan. Gereja mesti terus memberi optimisme ditengah berbagai kemelut kehidupan.

Kita memang sementara diterpa dengan ujian kehidupan ketika gempa melanda sebagian Maluku. Namun, semangat untuk melakukan yang terbaik bagi kemaslahatan harus tetap menyala, seperti cahaya obor yang terus menembusi setiap tantangan untuk memb’ri motivasi.

Mari bersama kita berdoa agar Tuhan menuntun dan menyertai kita dalam penyelenggaraan MPP AMGPM ke-32 serta MPLS ke-41 agar nantinya dapat menghasilkan berbagai keputusan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan bersama. Salam damai dari bumi Uliazer (AO)

No More Posts Available.

No more pages to load.