Warga Tial Swadaya Bikin Jalur Evakuasi

oleh
oleh

TERASMALUKU.COM,AMBON, – Air dan akses jalan terjal masih menjadi kendala bagi sebagian pengungsi gempa di Maluku.

Namun masyarakat di Desa Tial, Kecamatan Salahutu, Kabupaten punya solusi ampuh bagi para pengungsi di delapan titik pengungsian terjauh. Warga secara swadaya membuka jalur baru yang membelah hutan negeri sebagai tempat tinggal sementara.

Mereka memanfaatkan jalan tani atau jalan menuju kebun warga yang berlokasi cukup tinggi dari areal perkampungan. Dengan mengandalkan alat seadanya warga menggarap jalan sejauh hampir 1 kilometer dengan kontur tanah berkarang.

Tak berhenti di situ, warga beserta perangkat desa memanfaatkan dana desa untuk meratakan jalan. Yakni dengan menyewa satu unit eskavator yang bersumber dari anggaran pemabungan fisik. Hal itu disampaikan oleh sekretaris Desa Tial, Samuraja Difinubun kepada Terasmaluku.com.

“Ini jalan tani, kami secara swadaya membangun jalur evakuasi bersama warga,” jelasnya saat ditemui di lokasi pengungsian kemarin (12/10/2019). Jalur tersebut merupakan lahan milik warga Tial yang diperuntukan sebagai lahan agraria.

Mereka menanam pohon umur panjang juga umbi-umbian. Di jalur tani tersebut, ada areal tanah datar di ketinggian yang kemudian dipilih sebagai tempat pengungsian yang aman.

Hanya saja, kata Samuraja, saat awal kedatangan, medan yang susah dan terjal menyulitkan warga. Terutama untuk masalah ai bersih dan kebutuhan MCK.

Mau tak mau, harus mencari jalan keluar bagi warga. Apalagi bantuan dari relawan pun pemerintah hanya sebatas logistik.

“Air ini kan susah. Memang ada yang mau bantu satu alat pompa tapi nanti jadi masalah sebab hanya di satu titik. Solusinya lebih baik buka jalan biar ada akses ke semua titik pengungsi,” terang dia.

Untuk membangun jalan swadaya itu, mereka menghabiskan dana sebesar Rp 198 juta. Nilai tersebut dipakai untuk biaya operasional eskavator, pembelian BBM dan operator mesin.

Mereka menyewa alat berat itu selama lima hari dengan biaya perhari mencapai leih dari Rp 20 juta. Saat ini, pengerjaan jalan sudah mencapai 200-300 meter.

Sedangkan total panjang jalan tani adalah 2 kilometer. “Selesai dengan alat berat kan harus diratakan, sedangkan biaya tidak ada. Jadi akan bersama warga kerjakan sirtunya,” katanya.

Itu menjadi satu-satunya solusi bagi warga. Mereka dimudahkan dengan akses jalan yang baik untuk mendapatkan air bersih juga kebutuhan MCK. Kendaraan bermotor pun bisa melintas dengan aman di situ hingga ke titik pengungsian yang tinggi.

Nantinya, selain jadi laur evakuasi, pembangunan itu juga jelas memudahkan warga menuju kebun-kebun milik mereka di hutan. (PRISKA BIRAHY)