Mencari Pelayan Berkarakter, Ringkasan Khotbah Pdt. J.M. Manuputty

oleh
oleh
Pdt. J.M. Manuputty. FOTO : ISTIMEWA

Hari ini, Minggu, 20 Oktober 2019, diadakan ibadah Pembukaan Sidang ke-41 Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Sinode GPM di Jemaat GPM Haruku Samet Klasis Pulau-pulau Lease.

Jemaat ini adalah salah satu jemaat yang mengalami gempa dengan kerusakab parah. Sebab itu ibadah dan seluruh kegiatan MPL akan dilaksanakan dalam Gereja Darurat yang dinamai RUMAH PILIHAN TUHAN. Sebuah bangunan beratap daun sagu yang semula dibangun untuk tempat makan peserta sidang.

Berikut ringkasan khotbah, Pdt. Jacky Manuputty, yang adalah anak negeri Haruku-Samet:

“Kita melebur dengan alam yang terkesan marah dan kita berada di tempat terbuka, sekaligus sebagai simbol yang mengirim pesan kepada alam semesta bahwa alam dan kekuatannya tidak pernah mereduksi iman dan spirit kita. Spirit kita diangkat melewati ketakutan dan kekhawatiran.

Maka sapaan huele, kuleeeiiii, memberi pesan untuk memastikan dan mengetahui bahwa ada saudara, kenalan, kerabat di dalam hutan. Bila ada jawaban atas sapaan itu hal tersebut berarti kita saudara. Hal itu menegaskan tentang simbol persekutuan, dan bahwa kita adalah saudara, teman di dalam Tuhan. Kita yang bersekutu adalah sahabat yang mengangkat spirit ketakutan menjadi spirit harapan. Dalam konteks itu kita memahami bersama bahwa penting apa yang disebut dengan karakter.

Nah, dalam tutunan teks 1 Timotius 3:1-13, seandainya muncul di berbagai media sebuah iklan yang disampaikan untuk merekrut Majelis Jemaat, kira-kira pada iklan itu, kompetensi apa yang ditulis sebagai syarat majelis jemaat. Apa yang kita cari dari itu dan apa yang harus kita lihat dari itu? Mungkin banyak orang mencari orang yang dinilai berhasil di bidang profesinya untuk menjadi pelayan jemaat.

Namun dalam Surat 1 Timotius ini, kita mampu menelisik bahwa tidak ada syarat kekayaan, kesuksesan, status, kekuasaan, bukan! Itu bukan kriteria yang dengannya gereja memilih pemimpinnya.

Paulus, dalam surat kepada Timotius inu memberi syarat atau kualifikasi yang sangat ambisius. Mungkin tidak ada orang yang dapat memenuhinya. Tentu bukan itu maksudnya. Sebab kualifikasi dalam Alkitab ditetapkan untuk memberi syarat kerja Roh Kudus kepada mereka yang bekerja di gereja meskipun tidak sempurna, sebab hanya Yesus yang memiliki kualifikasi itu secara sempurna. Ada beda antara memenuhi kualifikasi namun tidak sempurna dengan sama sekali tidak memenuhi kualifikasi. Maka dalam teks ini ada daftar kualifikasi.

Pertama, karakter diperhitungkan secara sungguh-sungguh sebab para pelayan harus memiliki karakter yang kuat. Siang nanti akan dilantik seorang Presiden yang dalam periode kepemimpinannya menekankan pembentukan karakter.
Para pelayan di gereja harus memiliki kemampuan mengontrol diri, tidak boleh pemabuk, tidak boleh kasar dan suka bertengkar. Mereka harus menjadi orang yang tidak melakukan hal-hal itu agar mereka tidak memenuhi keinginan untuk berbuat dosa.

Kedua, pelayan gereja harus lulus dalam latihan mengelolah keluarga Allah melalui rumah tangganya.

Ketiga, pelayan gereja harus ditahbiskan hanya ketika dia diakui sebagai pribadi yang berkarakter. Sebab itu ia akan memiliki komitmen pelayanan yang baik sehingga ia menjadi terpandang pula di dalam masyarakat.

Sebab itu pelayan gereja harus berhasil berinteraksi di dalam gereja, keluarga dan dunia sebagai dasar pembuktian karakter pelayan. Di situ kita mampu mengenal pelayan yang berkarakter dan harus melalui interaksi yang mendalam. Ia mampu bertahan dalam iman dan mampu berperan di dalam dunia dengan karakter yang sama. Bukan seperti pepatah, “belajar lain, bermain lain”.

Pelayan yang berkarakter juga akan mampu mengangkat spirit korban kepada spirit survivor, spirit petarung, orang yang berjuang. Sebab dalam spirit korban orang akan menyalahkan satu dengan lain, sedangkan spirit survivor, spirit petarung, membuat orang berdiri menghadapi tantangan apa pun. Maka pelayan gereja harus membimbing jemaat keluar dari spirit korban.

Jemaat Haruku Samet sudah harus belajar dari situasi kita, bahwa kita pernah dituntun Allah melampaui kepahitan yang kita alami. Kita belajar dari perjalanan bersama Allah sehingga rasa percaya harus semakin kuat. Kita tidak boleh terjebak dalam kekhawatiran dan ketakutan. Pada proses transformasi itu, Allah memakai pelayannya untuk membimbing jemaat mentransformasi dirinya.

Dalam teks ini, Paulus menggunakan istilah “benarlah perkataan ini, orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat, mengingibkan pekerjaan pekerjaan yang indah” (1 Timotius 3:1). Di dalam gereja mula-mula, seorang rasul harus membuka diri dianiaya seperti Kristus. Paulus hendak menegaskan bahwa pelayan gereja memimpin umat laksana gembala dan memastikan orang-orang mendapat makan dari firman Tuhan melalui pengajaran iman. Maka hanya pelayan berkarakter yang berkualitas yang dapat dipilih untuk melakukan itu.

AMIN

Demikian ringkasan khotbahnya, yang kadang diselingi candaan dengan logat Haruku-Samet yang kantal!. (Diringkas oleh Pdt Elifas Maspaitella, Sekum GPM)

No More Posts Available.

No more pages to load.