Pendidikan Yang Dipinggirkan “Teriakan” Dari Siwalalat Oleh : Daniel Shindang, Mahasiswa Fakultas Teologi UKIM Ambon

oleh
oleh
Daniel Shindang. FOTO. DOK. PRIBADI

KULIAH Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Angkatan XLVII Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) Tahun ajaran 2019-2020, berlangsung di beberapa Kabupaten Kota yakni, Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tenggah, dan Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT). Saya dan enam sahabat di tempatkan di Kabupaten SBT, Kecamatan Siwalalat tepatnya Desa Administratif Nayet. Dalam proses KKN-PPM kami melakukan Assesmen dan Observasi guna mengidentifikasi realita permasalahan sosial kemasyarakatan.

Hasil observasi yang ditemukan ternyata terdapat kesenjangan dari realitas yang diharpakan baik akses transportasi, akses jaringan internet, masalah kesehatan, masalah pendidikan, maupun kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memumpuni dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA). Padahal realitanya Kecamatan Siwalalat memiliki kekayaan alam yang melimpah baik di laut, maupun darat seperti cengkih, pala, kelapa dan hasil alam lainnya.

Dari problematik-problematik yang di hadapi. Perhatian yang di tujukan lebih mengarah pada aspek pendidikan. Karena bagi kami pendidikan sangatlah penting untuk mendapat perhatian serius dari setiap pihak. Terutama dari pemerintah, secara khusus Dinas Pendidikan, karena perlu disadari bahwa basis pengembangan SDM terletak pada aras pendidikan. Dalam hal ini ketika pendidikan kuat maka SDM yang dihasilkan berkualitas. Selain itu dalam era industri 4.0, kualitas SDM sangatlah dibutuhkan karena jika tidak berkualitas, SDM yang dihasilkan sulit untu terpakai dalam pasar kerja.

Realitas pendidikan di Kecamatan Siwalalat, yang perlu mendapat perhatian serius oleh pemerintah secara khusus Dinas pendidikan antara lain, Pertama, jumlah sekolah yang minim sehingga siswa-siswi di beberapa Desa harus berjalan kaki. menurut Kepala Sekolah SMA negeri 12 Seram Bagian Timur, Bapak Said Assagaf Abubakar. jarak tempuh yang sering di lalui oleh para siswa-siswi dari 50 meter hinggga yang paling jauh kurang lebih 10 kilometer dan apabila pada musim penghujanan terpaksa sebagian siswa harus diliburkan, karena jarak tempuhnya melewati beberapa kali/sunggai yang genangan airnya cukup deras dan tidak dapat dilewati.

Kedua, Tuntutan pendidikan disaat ini kian meningkat oleh karena itu fasilitas pendukung Proses Belajar Mengejar (PBM) juga perlu dilengkapi disetiap sekolah agar lebih dipermudah proses belejar mengajarnya. Dalam menunjang proses blajar mengajar, terutama kesiapan menjemput Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).

Penyidian fasilitas pendukung seperti komputer sangatlah penting untuk disediakan agar kesiapan siswa-siswi matang dalam menjemput UNBK yang semakin dekat di tahun depan. tetapi realitasnya di beberapa sekolah baik di tingkat SMP maupun SMA belum memadai dan siap untuk UNBK. Hal ini dikarenakan pada sekolah tingkat Menengah dalam hal ini SMP Elnusa belum tersedia aliran listrik, sementara di SMA Negeri 12 SBT belum memiliki perangkat komputer yang dapat digunakan untuk melatih kesiapan siswa. maka dengan demikian kesiapan siswa dapat dikatakan belum siap.

Sementara tuntutannya, dilakukan penyetaraan untuk setiap sekolah melakukan UNBK sekalipun kondisinya tidak memungkinkan. Selanjutnya belum tersedia perpustakaan sebagai tempat siswa belajar secara mandiri, pada hal jika ditelisik lebih dalam perpustakaan adalah jantung dari sekolah. Sebenarnya dalam cakapannya kepala sekolah SMA 12 menyampaikan bahwa ada ruangan untuk perpustakaan, tetapi karena terbatas ruang belajar mengajar, maka mau tidak mau perpustakaan harus dijadikan sebagai ruang belajar, agar menjangkau jalannya proses belajar mengajar.

Ketiga, minimnya tenaga pengajar juga turut menghambat jalannya proses belajar mengajar seperti dalam percakapan yang terbangun dengan kepala sekolah SMA 12 SBT, masih minim dimana terdapat 4 orang guru PNS itupun dua diantaranya telah dimutasikan. Selain itu ada juga guru kontrak provinsi sebanyak 5 orang dan guru kontrak sekolah sebanyak 14 orang, kurang tenaga pengajar semacam ini mengakibatkan sehingga dalam proses belajar mengajar terpaksa satu guru harus mengampuh beberapa mata pelajaran yang juga termasuk mata pelajaran yang tidak menjadi bagian dari besik keilmuannya, atau dengan kata lain tidak linier dengan mata pelajaran yang diampuh, hal serupa pula terjadi di SD YPPK Elnusa dan SMP Elnusa masi terdapat kekurangan tenaga pengajar.

Dalam percakapan dengan para guru di SD YPPK Elnusa, setiap sekolah semestinya sudah mesti menerapkan kurikulum 2013, tetapi karena situasi yang dialami, baik kurangnya tenaga pengajar, maupun fasilitas yang tidak memadai, seperti modul-modul pengajaran maupun buku-buku menyangkut kurikulum 2013, terpaksa SD YPPK Elnusa tetap mempergunakan kurikulum KTSP sebagai bahan pengajaran.

Realita yang serupa menimbulkan harapan-harapan baik dari para guru maupun siswa sendiri. bahwa masalah infrastruktur dan transportasi yang luluh lantak, perlu menjadi perhatian serius oleh pemerintah, karena disadari sungguh bahwa rusaknya jalur transportasi (jalan dan jembatan), mengakibatkan sehingga beberapa hal menjadi terkendala, karena melewati setiap kampung pastinya terdapat kali/sungai yang dapat menghambat perjalanan. Harapan kepada pemerintah kiranya penyediaan jembatan dapat diselesaikan agar aktivitas dapat terlaksana dan tidak menghambat jalannya proses pendidikan.

Penembahan jumlah sekolah juga perlu menjadi perhatian oleh pemerintah, agar dengan adanya penambahan jumlah sekolah dapat menjangkau rentan kendali yang terjadi. terurama penambahan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), karena dengan adanya SMK siswa-siswi yang menjadi lulusan dapat terampil dalam bidang studi sesuai besik keilmuan, terutama SMK yang mengarah pada besik pertanian. Selain itu penambahan tenaga pengajar juga perlu diperhatikan oleh pemerintah, apalagi tenaga pengajar tetap PNS agar guru yang mengajar di setiap mata pelajaran dapat linier dengan mata kuliah yang diampuh.#DLS

No More Posts Available.

No more pages to load.