CCI Berikan Penguatan dan Pemahaman Psikososial Pascabencana di Ambon

oleh
Psikolog Klinis Dr. Elizabeth Kristi Poerwandari saat memberikan materi penguatan psikososial pascabencana di Ambon, Sabtu (26/10/2019). FOTO: Ist

TERASMALUKU.COM,AMBON –  Organisasi kemanusiaan Clerry cleffy Institute (CCI) menggelar penguatan psikososial kepada sejumlah stakeholder di Kota Ambon, Sabtu (26/10/2019).

Penguatan tersebut tak lain untuk memberikan pendampingan kepada para penyintas gempa bumi dengan tepat sasaran. Para peserta yang hadir berasal dari instansi pemerintah, korban bencan, lembaga swadaya masyarakat, ibu-ibu Persit Kartika Chandra Kirana dan Bhayangkari, guru, serta jurnalis.

Dalam kegiatan itu, Wakil Walikota Ambon, Syarief Hadler serta Yayasan Peduli Inayana Maluku dan Psikolog Klinis Elizabeth Kristi Poerwandari yang hadir membagi materi.

Direktur CCI Dwi Prihandini menyatakan hal penting dalam pendampingan yakni pemahaman tepat tentang trauma healing. Menurutnya kegiatan mengunjungi penyintas di pengungsian dan memberikan permainan tak serta-merta disebut trauma healing.

Para pembicara ‘Penguatan Psikososial dan Isu Gender Pascabencana

“Tidak bisa sekali dua kali datang. Harus berkelanjutan dalam menanggulangi trauma,” terang Dini di sela-sela kegiatan yang bertempat di Hotel Marina, Ambon.

Konsep trauma healing, katanya, perlu dipahami sebagai pekerjaan tim yang berkesinambungan. Para penyintas yang alami trauma perlu didampingin hingga tuntas.

Meski begitu orang yang punya kepedulian untuk membantu para penyintas tetap dapat berbagi mengurangi beban mereka di pengungsian.  Namun dengan memilih penyebutan dan konsep yang lebih tepat makna, seperti pengutan positif, kegiatan rekreatif atau berbagai kasih.

Dalam kegiatan penguatan psikososial itu juga dijelaskan tentang hal dasar apa saja yang bisa dan tidak dilakukan saat hendak mendampingi pengungsi atau penyintas bencana.

Salah satu pembicara Penguatan Psikososial dan Isu Gender Pascabencana, Dr. Elizabeth Kristi Poerwandari, M.Hum menjabarkan beberapa hal penting terkait itu.

“Belajar memahami do and do not saat berikan pendampingan kepada para pengungsi atau penyintas,” jelas dosen psikologi Universitas Indonesia itu usai sesi pertama.

BACA JUGA :  Menteri Trenggono Ajak Insinyur Berpartisipasi Majukan Sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia

Orang yang hendak memberikan pendampingan perlu paham cara berkomunikasi dengan para pengungsi. Yakni dengan tidak memaksakan diri memberikan bantuan.

Begitupan dengan saat hendak pelukan atau rangkulan. Tidak serta-merta kita, dapat leluasa merangkul atau memeluk mereka yang akan kita damping. Perlu pemahaman secara utuh kebutuhan mereka.

“Memahami persoalan dengan memberikan respon yang tidak meimbulkan masalah baru. sebab masing-masing punya kekhasan persoalan jadi penanganannya juga beda-beda,” lanjut dia.

Elizabeth juga Dini berharap agar nantinya para peserta yang hadir paham betul tentang konsep pendampingan. Tak hanya itu dukungan dari pemerintah dan stakeholder lain juga amat diharapkan mendukung proses pemulihan usai bencan gempa bumi. (PRISKA BIRAHY)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.