TERASMALUKU.COM,AMBON, – Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Jonathan Austin pagi tadi menyambangi Yayasan Heka Leka Ambon, (27/2/2020). Ini merupakan kunjungan pertama dan satu-satunya bagi Heka Leka penerima dana hibah program ‘New Zeland Head of Embassy Fund’ periode 2019/2020.
Dalam kunjungan sekitar 1 jam itu mereka banyak mendengar progres di bidang pendidikan serta bertukar pikiran tentang sistem mengajar dan pengembangan kapasitas guru di Maluku. Seperti pada April 2019 Hekala Leka memberikan pelatihan kepada para guru PAUD di Saparua.
Yakni pelatihan cara mengajar asyik kepada anak-anak tanpa melulu dikelas dan menggunakan peraga sederhana. Hal itu dimaksud untuk mempertajam potensi mengajar guru PAUD yang akan berdampak pada perkemabngan anak.
Begitupun dnegan pelatihan yang serupa kepada guru PAUD di Nusalaut pada Februari 2020. Tujuannya sama yakni menyiapkan masa depan cerah anak Maluku sedini mungkin melalui pendidikan PAUD.
BACA JUGA: https://terasmaluku.com/guru-paud-di-saparua-latihan-metode-ajar-baru-tanpa-harus-marah-marah/
Hal itupun menuai apresiasi yang luas dari duta besar juga dua atase pendamping yang hadir pagi itu di kantor Hekala Leka, di kawasan Mardika Ambon. “Saya sebelum jadi duta besar dulunya adalah seorang guru. Dan saya tahu betul perjuangan membangun masa depan itu dilakukan sejak dini dan itu tidak muda,” ucap Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Jonathan Austin.
Jonathan amat mengapresiasi dan menunjukkan dukungannya kepada para guru melalui program yang dirancang Heka Leka. Itulah mengapa dia yakin dukungan tersebut sebagai bentuk investasi jangka panjang untuk Maluku.
Dalam pertemuan itu juga diberikan pemaparan tentang cara kerja dan program-program pengembangan kapasitas guru di Maluku. Hal itu dinilai mirip dengan apa yang dilakukan kedutaan bersama UNICEF di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Project Manager of Early Childhood Education Departmen, Tirsana Kailola kepada Terasmaluku.com mengatakan kunjungan itu juga untuk melihat seberapa jauh pengaruh program-program Heka Leka terhadap perubahan kapasitas para guru. “Sebagai salah satu penerima grand mereka kunjungan untuk pastikan juga. Dan di situ ada para guru dari Nusalaut langsung datang, mereka cerita sendiri bagaimana workshop yang kami bikin itu bawa perubahan,” terang dia.
Salah satu guru PAUD Eklesia dari Nusalaut membagikan ceritanya. Dia datang bersam para guru dan para siswa. Seperti metode pembelajaran memakai bahan-bahan dari alam. Selama ini mereka beranggapan untuk mengajar anak gambar karakter, butuh krayon atau pensil warna. Padahal pasir, daun, ranting dan akar tanaman di halaman bisa mengganti alat menggambar lain.
Atau cara berkomunikasi dengan anak-anak pun berubah. Mereka tidak perlu lagi berteriak, marah-marah. Alur komuinkasinya diubah jadi lebih interaktif. Anak mendapat kesempatan untuk berinisiatif dalam memecahkan masalah sendiri.
“Mereka juga bilang kalau kepercayaan diri mereka bertambah. Dulu sering ada intimidasi sosial dan meremehkan para pengajar yang hanya lulusan SMA itu. Namun dengan bekal pelatihan mereka tahu lebih banyak bahkan lebih dari orang tua soal mengajar anak dengan baik,” akunya bangga.
Hal itulah yang menjadi kunci dukungan besar pihak ketiga atas program yang bakal mereka jalankan nanti. Harapannya melalui program yang lulus pendanaan pemerintah Selandia Baru itu memberi perubahan berkelanjutan kepada para guru di Maluku. (PRISKA BIRAHY)