Kenali Anopheles sp Si Pembawa Malaria Oleh : Christo Alvido Latuny, Mahasiswa UKDW Yogyakarta

oleh
oleh
Christo Alvido Latuny. FOTO : DOK. PRIBADI

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mencapai kurang lebih 17.000 pulau yang tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke. Maluku, merupakan salah satu provinsi kepulauan yang terletak pada timur Indonesia dengan Ambon sebagai ibukota provinsi tersebut. Ambon sendiri merupakan kota kecil yang tingkat kepadatan penduduk rendah hingga menengah, namun sayangnya masih banyak terdapat rumah kumuh dan jauh dari akses perkotaan.

Saat ini, kita tengah diperhadapkan virus yang berasal dari Wuhan, yaitu virus Corona atau Covid-19. Virus ini tergolong baru dan sekarang menjadi wabah yang sangat mendunia bahkan sudah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai Bencana Nasional Non Alam. Namun, disamping merebaknya virus Corona dimana-mana, ada penyakit endemis yang tidak bisa disepelekan, yaitu Malaria.

Penyakit malaria, merupakan salah satu penyakit yang cukup ditakuti oleh masyarakat khususnya di kota Ambon. Dengan nyamuk Anopheles sebagai vektor atau pembawa penyakit ini, dapat menyerang masyarakat kapan saja. Hal ini karena Kota Ambon umumnya masih banyak terdapat rawa-rawa, sungai dangkal, genangan air, parit, dan got yang mampu menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhan nyamuk. Plasmodium yang merupakan penyebab utama malaria ini kemudian yang nanti akan dibawa oleh nyamuk Anopheles.

Penyebaran penyakit tular vektor (PTV) malaria di Kota Ambon umumnya terjadi pada malam hari dengan kontak langsung nyamuk betina Anopheles (digigit). Kebiasaan masyarakat sering beraktivitas pada malam hari dengan jarak antara tempat beraktivitas dengan genangan air maupun sungai sekitar 500 meter menjadi salah satu faktor penyebaran penyakit. Penyakit ini ditularkan melalui vektor nyamuk betina yang membawa plasmodium lalu ditransmisikan ke dalam tubuh manusia.

Faktor curah hujan yang tinggi merupakan faktor dari perkembangan nyamuk Anopheles ini. Dengan adanya hujan, maka akan terjadi genangan air. Selain itu, nyamuk ini dapat tumbuh dan berkembang di area sawah,air payau, dan air bersih pegunungan. Pertumbuhan akan nyamuk sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembapan, curah hujan, serta salinitas air. Daerah rawa menjadi tempat yang ideal untuk breeding place nyamuk ini. Suhu optimal dari perkembangbiakan nyamuk ini berkisar 25º-27ºC.

BACA JUGA :  MENGEJUTKAN, Syahrul Wadjo Mengakui Tidak Diculik, Begini Ceritanya

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku tahun 2004, telah terjadi kasus penyakit malaria dengan jumlah penderita mencapai 7.285 orang. Hal ini terbilang sangat tinggi dan yang terkena penyakit ini adalah orang yang beraktivitas mulai dari sore hingga malam hari dengan puncak perilaku mengigit manusia adalah jam 02.00-03.00 subuh.  Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini angka kasus penderita malaria mulai menurun. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Ambon tahun 2016, jumlah penderita mencapai 1.346 orang dan ini diikuti dengan menurunnya API (Annual Parasite Incidence) dari tahun ke tahun yaitu tahun 2014 sebesar 4.31%, tahun 2015 sebesar 3,26%, dan tahun 2016 sebesar 3,14%. Angka ini menjadi optimis kepada Pemerintah Daerah dalam upaya menargetkan Ambon Bebas Malaria Tahun 2023.

Faktor yang berhubungan dengan terjadinya kasus penyakit malaria ini adalah faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan publik, dan keturunan. Keempat faktor ini menjadi saling terkait disamping faktor individual. Faktor individual ini mencakup usia, jenis kelamin, genetik, aktivitas keluar rumah oada malam hari. Selain itu juga, ada faktor bersifat kontekstual yaitu lingkungan tempat tinggal, iklim dan cuaca, ekonomi. Terbatasnya pelayanan kesehatan juga menjadi faktor penting karena ketika adanya orang yang terinfeksi, orang tersebut tidak mendapat pelayanan dan tindakan penanganan penyakit. Kelompok usia yang beresiko tinggi terhadap penyakit ini adalah bayi, anak balita, dan ibu hamil serta menurut WHO, kasus malaria beresiko membunuh anak berumur di bawah 5 tahun.

Hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pengendalian penyakit malaria adalah dengan cara menindaklanjuti program Pemerintah Daerah yang tidak terealisasi dengan baik seperti penggunaan obat nyamuk semprot, melakukan gerakan pencegahan 3M atau menguras, menutup, dan mengubur semua yang berpotensi mengakibatkan genangan air. Selain itu, dapat membuat obat pembunuh jentik nyamuk seperti biolarvasida yang ramah lingkungan.

BACA JUGA :  Gugus Tugas Maluku Tunggu Hasil Akurat Labkes Almarhumah Riwayat TBC

Selain itu dapat menggunakan obat nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, tidak menampung air serta pemasangan kelambu insektisida pada ventilasi rumah. Dianjurkan juga agar setiap hari pencahayaan matahari masuk ke dalam rumah itu cukup sehingga rumah tidak dibiarkan gelap. Menggunakan sistem sekali habis yaitu menampung air di dalam ember. Secara berkala menguras bak atau tempat penampungan air serta harus membersihkan rumah setiap hari. Perlu adanya peran Pemerintah Daerah (Pemda) dalam menghimbau serta mengajak seluruh masyakarat agar peduli terhadap lingkungan, PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), serta kesehatan keluarganya.

Selain itu juga, perlu ada penyuluhan dan sosialisasi tentang penyakit malaria dan juga cara pencegahan pertama, sehingga menambah edukasi masyarakat tentang bahaya dari penyakit malaria ini dan juga masyarakat tidak mudah terkena penyakit malaria. Dengan begitu, ketika semua strategi pengendalian dijalankan maka misi program Pemda tentang Eliminasi (bersih dari kasus malaria) tahun 2023 dapat tercapai jika semua pihak baik dari masyarakat dan Pemda dapat bekerja sama.

Penulis Christo Alvido Latuny, Mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta

No More Posts Available.

No more pages to load.