TERASMALUKU.COM,AMBON, – Masa pandemi menjadi kesusahan bersama. Khususnya sejumlah mahasiswa asal Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD). Atas larangan pulang kampung yang diterbitkan Kemenhub RI berimbas pada mereka yang tidak lagi punya akses pulang kampung. Alhasil tak ada pilihan lain selain tinggal di kos hingga kondisi berangsur pulih.
Akses terhadap kebutuhan dasar sudah pasti kian sulit. Sejumlah mahasiswa asal Bumi Kalwedo pun tergerak membenttuk tim relawan membantu sesama mahasiswa asal MBD yang kesulitan selama pandemi di Kota Ambon.
“Ada 1.000 orang lebih anak muda asal MBD yang kuliah di sini dan tidak bisa pulang. Dan bantuan itu sampai sekarang sangat minim. Katong tergerak buat bantu dengan jejaring yang ada biar mereka bisa terbantu,” terang Koordinator relawan, Jordan Samloy kepada terasmaluku.com di Posko Relawan Mahasiswa MBD #Covid19 di kawasan Air Salobar, Kecamatan Nusaniwe Ambon, Kamis (7/5/2020).
Dari jumlah yang telah mereka data, ada sbanyak 472 mahasiswa yang berhak menerima bantuan berupa beberapa kebuthan pangan dasar. Masing-masing orang diberikan 4,5 kilogram beras, gula pasir 500 gram, satu pak teh celup serta beberapa butir telur.
Menurut Jordy bantaun yang telah dikemas dalam kantong itu dibagikan mulai hari ini kepada 11 paguyuban MBD se-kota Ambon. “Ada 11 paguyuban yang masih aktif dan katong akan bagikan ke situ. Paguyuban ini berdasarkan kecamatan di MBD. Nanti ada koordinator tiap paguyuban yang terima dan salurkan ke para mahasiswa,” terangnya yang juga koordinator GEMA (Gerakan Mahasiswa) MBD itu.
Bantuan tersebut katanya lagi akan dibagi bertahap. Mereka yang tidak kebagian di tahap pertama hari ini akan diikutkan pada tahap berikut. Para relawan yang mengkoordinir bantuan itu menyebut sumber pendanaan berasal dari sejumlah pihak. Dari kenyataan di lapangan bahwa ada banyak mahasiswa yang kesulitan, maka mereka mengajukan sejumlah proposal untuk pendanaan.
Jordy merinci gerakan swadaya ini didukung oleh Bupati MBD, Sekda MBD, sejumlah ASN dan pegawai honorer. “Bentuknya berupa uang tunai yang disumbang pribadi dan dipotong dari pendapatan mereka. Totalnya sekitar Rp 30 juta. Juga dari beberapa donatur pribadi, dosen universitas Pattimura, IAKN Ambon, calon pendeta, pendeta juga anggota dewan berupa barang jadi,” katanya merinci.
Sehingga jika ditotal nilai bantuan hampir Rp 40 juta. Dengan nilai itu para relawan berharap dapat mengurangi kesulitan kebuthan pangan selama masa pandemi.
Yamres Pakniany, pembina relawan, menambahkan bantuan ini merupkan bentuk kepedlian sesama mahasiswa. “Ini juga sudah menjadi budaya kita anak-anak MBD. Syolileta, atau bakutolong dan mengasihi. Harapannya yang lain juga tergerak untuk saling bantu sasama jangan menunggu bantuan tapi katong mengupayakan tolong sesama,” tambah dia.
Usai pembagian bantuan tersebut, mereka bakal menggelar bantuan tahap kedua. Rencanannya sumber pendanaan akan diupyakan mandiri melalui penjualan sagu tumang. Menurut Yamres ini juga sebagai stimulus bagi warga kota Ambon untuk kembali pada sumber pangan lokal yang dimiliki Maluku. (PRISKA BIRAHY)